PEMERINTAH Kelurahan Sayang-Sayang, Kecamatan Selaparang, merencanakan pengembangan budidaya cabai dengan konsep media tanam menggunakan polibag (polybags) dan sistem garden house skala kecil.
Inovasi ini akan dijalankan melalui kolaborasi bersama Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Mujtahidin, yang telah lebih dulu menerapkan model serupa di halaman pesantren, dikelola langsung oleh para santri.
Program ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan studi tiru Pemerintah Kota Mataram bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) ke Kelompok Tani Orong Balak di Dusun Bongkemalik, Desa Kerongkong, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, pada Kamis (16/10/2025).
Kelompok tani tersebut dikenal sukses dalam menerapkan teknologi garden house untuk menstabilkan pasokan dan harga cabai serta tomat.
Lurah Sayang-Sayang, Rony Aprianto, menjelaskan bahwa upaya ini menjadi bagian dari strategi ketahanan pangan di tingkat kelurahan, sekaligus mengadopsi praktik baik dari daerah lain. “Insya Allah kita akan coba, karena wilayah kita sudah lahan sudah tersedia, cuma belum terkoordinir,” ujarnya, Jumat, 17 Oktober 2025.
Ia menambahkan, inspirasi program ini muncul setelah melihat langsung praktik pertanian modern yang dilakukan di Lombok Timur. Konsep garden house dinilai cocok diterapkan di lingkungan padat penduduk seperti Sayang-Sayang. Selain itu, Ponpes Darul Mujtahidin telah terbukti berhasil menerapkan metode tanam cabai menggunakan polibag di halaman pesantren.
Rony juga menjelaskan, keterlibatan Ponpes Darul Mujtahidin bukan hal baru. Mereka sudah dilibatkan sejak kegiatan Gerakan Tanam Cabai yang digagas oleh Ketua TP PKK Kota Mataram beberapa waktu lalu.
“Waktu itu para santri kami libatkan langsung dalam proses tanam sebagai bentuk edukasi sekaligus pemberdayaan di lingkungan pesantren,” tambahnya.
Dengan sistem garden house skala kecil, budidaya cabai dapat dilakukan secara intensif di lahan terbatas dan lebih terlindungi dari cuaca ekstrem maupun hama. Ke depannya, jika program ini berhasil, pemerintah kelurahan akan mendorong penerapannya di lingkungan rumah warga dengan pendampingan berkelanjutan.
“Kami harap ini menjadi langkah awal agar masyarakat bisa mandiri dalam pemenuhan kebutuhan cabai rumah tangga. Sekaligus menjadi contoh bahwa pertanian bisa dilakukan meski di tengah kota,” pungkas Rony. (pan)

