spot_img
Senin, November 10, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK TIMURCegah Stunting Sejak Pra-Nikah

Cegah Stunting Sejak Pra-Nikah

Selong (Suara NTB) – Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Lotim) memperkuat komitmennya dalam percepatan penurunan angka stunting melalui pendekatan yang menyeluruh, mulai dari usia remaja hingga calon pengantin. Hal ini menjadi fokus utama dalam Mini Lokakarya (Minolok) Pencegahan Stunting yang digelar di Kecamatan Sembalun beberapa waktu lalu.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Lotim ini menghimpun berbagai pihak lintas sektor, termasuk Camat, Puskesmas, KUA, Polsek, Danramil, dan Kepala Desa se-Kecamatan Sembalun. Minolok ini merupakan bagian dari rangkaian 21 lokakarya serupa yang diselenggarakan di seluruh kecamatan di Lotim.

Kepala Bidang Penggerakan dan Penyuluhan DP3AKB Lotim, Hj. Nurhidayati menekankan pentingnya pencegahan dini. “Logikanya mencegah lebih baik dari mengobati. Jadi orang-orang yang sedang masuk dalam data tunggu risiko stunting, itulah yang harus ditangani. Ketika itu ditangani maka tidak akan bertambah jumlahnya,” tegasnya.

Sasaran utama program adalah Keluarga Risiko Stunting (KRS), yang mencakup balita dengan masalah gizi, ibu hamil dengan kondisi “4T” (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak kehamilan), serta keluarga dengan perkawinan usia anak.

Nurhidayati menjelaskan, strategi jangka panjang pencegahan stunting harus dimulai sejak masa remaja. Intervensi difokuskan pada remaja, khususnya siswi SMP, untuk memastikan mereka terhindar dari anemia dan memiliki status gizi yang baik sebelum memasuki usia pernikahan.

Langkah preventif lainnya yang ditekankan adalah pemeriksaan kesehatan wajib bagi calon pengantin. “Calon pengantin harus diperiksa di Puskesmas sebelum mendapatkan rekomendasi untuk nikah. Artinya di-screening kondisi kesehatannya, apakah ada indikasi anemia,” jelasnya.

Kebijakan ini bertujuan memastikan calon ibu dalam kondisi sehat, sehingga dapat menekan risiko stunting pada anak yang akan dilahirkan.

Sementara itu, Kepala UPTD DP3AKB Kecamatan Sembalun, Ainuddin, S.I.P., mengungkapkan jumlah KRS di Kecamatan Sembalun tercatat sebanyak 298 keluarga. Data ini menjadi acuan utama untuk intervensi program yang lebih terfokus. “Yang dibahas tadi terkait dengan jumlah KRS di Kecamatan Sembalun, bagaimana penyelesaiannya termasuk pemberian paket bantuan oleh orang tua asuh,” kata Ainuddin.

Untuk intervensi langsung di tingkat desa, Ainuddin menyatakan akan melanjutkan program Dapur Sehat Atasi Stunting yang diadakan setiap bulan di masing-masing Kampung KB. “Di situ kita libatkan ahli gizi dari Puskesmas untuk memberikan edukasi kepada keluarga risiko stunting tentang cara menyajikan menu makanan yang baik,” tutupnya. (rus)

IKLAN










RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO