Selong (Suara NTB) – Setelah sempat terpuruk akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), harga sapi di pasar saat ini menunjukkan tren pemulihan yang signifikan. Berdasarkan data dari pelaku pasar di Lombok Timur (Lotim), terjadi peningkatan harga yang cukup memuaskan bagi para peternak dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
“Bukan mahal, tapi ada peningkatan sedikit dibandingkan dengan sebelumnya. Sebelumnya harga sapi itu hancur akibat penyakit PMK,” ujar Kepala Dinas Peternakan Lotim, H. Masyhur menjawab Suara NTB, Selasa (4/11) kemarin
Peningkatan harga ini didorong oleh bangkitnya kembali minat beli, terutama dari kalangan peternak sendiri. Kini, harga daging sapi segar (kilogram basah) telah tembus ke angka Rp60.000 per kilogram. Angka ini meningkat dari harga sebelumnya yang hanya berkisar di Rp50.000 per kilogram. Artinya, terjadi kenaikan harga yang hampir menyentuh 10 persen.
“Yang menjadi perhatian kita, karena akibat terpuruk kemarin di PMK, sekarang sudah mulai ada peningkatan. Kondisi ini memang mempengaruhi angka pemotongan; pasti angka pemotongan akan turun,” tambahnya.
Namun, yang menjadi fokus saat ini justru peningkatan permintaan daging untuk kebutuhan langsung oleh masyarakat, bukan hanya dari para jagal.
Lonjakan permintaan ini salah satunya disumbang oleh tingginya kebutuhan hewan kurban. Dikatakan, bahwa jumlah hewan kurban pada periode sebelumnya melonjak lebih dari 50 persen, dari awalnya sekitar 4.000 ekor menjadi lebih dari 6.000 ekor.
“Naik inilah faktor penyebabnya, berarti kebutuhan ternak itu terus meningkat,” jelasnya.
Selain untuk kebutuhan kurban, permintaan dari wilayah seperti Lombok Barat dan Lombok Tengah juga turut mendongkrak harga. Populasi sapi di Lombok Timur yang menjadi pemasok utama diperkirakan saat ini berkisar di angka 130.000 ekor. Tingginya permintaan pada momen-momen hari besar keagamaan, seperti peringatan Maulid Nabi, juga disebut-sebut sebagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan harga ini.
Dengan adanya tren kenaikan ini, diharapkan kondisi peternakan sapi lokal terus membaik. Sosialisasi kepada masyarakat pun terus dilakukan untuk mengawal pemulihan ekonomi di sektor peternakan ini. (rus)

