Selong (Suara NTB) – Harga tomat di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) selama tiga bulan terakhir anjlok. Kondisi ini membuat petani mengalami kerugian besar. Petani pun sengaja tidak memetik dan membiarkan tanaman tomat membusuk di tengah sawah.
Hal ini dilakukan sejumlah petani di Subak Lendang Mudung Kecamatan Pringgabaya. Usman, salah satu petani tomat kepada Suara NTB ketika ditemui di tengah sawahnya, Senin, 16 September 2024 menjelaskan ia terpaksa membiarkan tanaman tomatnya rusak dan tidak diurus guna mengurangi tingkat kerugian.
Menurut Usman, justru ketika tomatnya dipanen ia akan menambah kerugian. Harga jual Rp8 ribu per keranjang dengan ukuran 50 kg saat ini tidak bisa mengembalikan biaya produksi. Pasalnya, lebih mahal upah petik dibandingkan dengan harga jual.
Usman yang juga Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Subak Lendang Mudung mengatakan semua petani di wilayahnya ini mengalami hal sama. Soal kualitas tanaman sebenarnya sangat baik. Akan tetapi, kualitas produksi tidak didukung oleh kualitas harga yang berpihak kepada petani.
Merosotnya harga tomat ini diakui karena banyaknya petani menanam saat harga baik beberapa waktu lalu. Spekulasi harga akan tetap membaik tidak terbukti. Banyak petani yang ikut menanam, sehingga terjadi over produksi. Akibatnya, harga yang tidak menyenangkan bagi petani.
Usman mengaku menanam tomat di atas lahan seluas 50 are. Dari perhitungannya, biaya produksi untuk menanam tomat itu habis Rp 25 juta. Selama satu musim tanam karena tidak menemukan harga yang baik. Karena itulah, ia memilih merugi total biaya dibandingkan harus tambah merugi lagi dengan panen tomat dengan harga yang menyakiti hati. “Ya merugi Rp 25 juta,” ungkapnya.
Petani sangat menyayangkan kebijakan pemerintah yang selama ini hanya turun intervensi harga ketiga harga mahal. Pemerintah tidak pernah ikut ambil bagian terhadap masalah petani yang mengeluhkan soal harga murah. Pemerintah cenderung diam ketika petani keluhkan harga murah. Sebaliknya, ketika terjadi harga mahal, ramai-ramai turun melakukan intervensi. Bahkan acap kali, ketika satu komoditi mengalami kenaikan harga, marak kunjungan kemana-mana.
Saat ini, tidak saja tomat yang mengalami kemerosotan harga. Sebagian besar tanaman hortikultura sedang tidak baik-baik saja. Sementara, biaya produksi terus meningkat. Kepastian ketersediaan sarana produksi masih jadi persoalan. Harga obat-obatan petani, insektisida, fungisida, herbisida dan beragam bentuk dan jenis kebutuhan petani satu sisi terus mengalami lonjakan harga.
Pemerintah diharapkan segera turun tangan melakukan intervensi guna meringankan beban petani. Sebagai pekerja yang memberikan sumbangan ekonomi tertinggi di, sektor pertanian semestinya menjadi prioritas utama untuk diperhatikan. Terlebih di Kabupaten Lotim sebagai daerah yang paling banyak masyarakatnya bekerja pada sektor primer tersebut. (rus)