Mataram (Suara NTB) – Minyak Virgin Coconut Oil (VCO) yang diproduksi di sentra pengolahan kelapa Al Amin, Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara sudah menembus pasar luar negeri. Salah satunya Bangladesh. Selama ini, pemasaran menjadi persoalan. Selain standar kualitas produksi. Bank Indonesia kemudian melakukan intervensi dengan memberikan pelatihan-pelatihan, melibatkan expert (pakar), salah satunya, eksportir VCO dari Jogja.
Zulhadi, Ketua Sentra Pengolahan Kelapa Pemenang Timur mengatakan, selama ini minyak goreng kelapa, maupun VCO yang dihasilkan pemasarannya belum sebanding dengan potensi bahan baku dan produksi. Sehingga, pasar luar negeri sangat diharapkan. Gayung bersambut, fasilitasi pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sudah membuka potensi pasar luar negeri.
Pelatihan yang sudah dilaksanakan dari Bank Indonesia meliputi, bagaimana memilih ukuran kelapa yang standar, memeras kelapa untuk menghasilkan santan maksimal, dan pelatihan untuk menghilangkan aroma kelapa setelah menjadi minyak kelapa. Serta, bagaimana menghasilkan minyak kelapa agar tidak berubah kualitasnya dalam waktu cepat. Serta pelatihan ketentuan-ketentuan lain untuk menghasilkan VCO berstandar pasar luar negeri.
“Sekarang kita sudah siap memenuhi pasar luar negeri. Tinggal menunggu buyernya langsung, mau dibuatkan VCO spek berapa. Karena ada 15 spek, itu terkait kualitas dan kuantitas produksi. Sementara ini kita masih kirimnya lewat Jogja,” ujarnya.
Secara kapasitas, VCO bisa diproduksi seribu liter perhari, atau sebulan dapat memproduksi hingga 50 ribu liter. Dalam kegiatan produksi ini, ia melibatkan ratusan orang mitra di Kabupaten Lombok Utara. VCO atau minyak gorreng yang diterima dari mitra kemudian diolah lagi untuk menghasilkan VCO dan minyyak goreng sesuai standarnya.
“Cuma kapasitas sedot pasarnya yang masih lemah. Karena itu, kita banyak membuat minyak kelapa yang dipasarkan di dalam daerah. Karena itu, kita sangat berharap pasar luar negeri ini untuk membuka pasar yang lebih luas untuk VCO kita,” tambahnya.
Saat ini, terdapat 10 mesin peras kelapa, dan 20 mesin parut yang bisa digunakan untuk berproduksi. Bantuan dari Kementerian Perindustrian yang diserahkan hibahnya ke Pemda Kabupaten Lombok Utara. Namun mesin-mesin ini hanya tiga unit yang digunakan, terbentur petunjuk pelaksanaan untuk operasionalnya sebagai aset pemerintah.
Sebelumnya, Deputy Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Winda Putri Listya, Kamis (18/4) di Mataram mengatakan, Bank Indonesia melihat potensi kelapa yang cukup besar di Kabupaten Lombok Utara. Potensi ini masih dimanfaatkan secara konvensional untuk menghasilkan minyak goreng, dan VCO. Secara produksi, masyarakat di pesisir dan pegunungan di Lombok Utara sudah bisa memproduksi minyak.
Setelah ditinjau langsung oleh mentor yang didatangkan oleh Bank Indonesia, proses pemerasan kelapa dilakukan masih secara manual dan minyak yang dihasilkan lebih sedikit. Seharusnya, santan yang dihasilkan bisa 90 persen, tapi karena diperas secara manual, hasilnya hanya 40 persen. Belum ada hilirisasi secara massif. Sehingga biaya produksi tinggi, dan berat bersaing di pasaran.
Karena itu, Bank Indonesia menurutnya, ingin mengembangkan sentra produksi VCO berbasis ekspor di Lombok Utara. Dengan sudah mendatangkan expertnya dan mberikan pelatihan-pelatihan standar VCO ekspor, diharapkan kedepan, sentra pengolahan kelapa di Lombok Utara ini bisa menjadi sentra ekspor VCO di NTB.
“Kelapa yang di KLU sudah tembus pasar Banglades, sudah kirim. Tapi Sekarang belum bisa direct, jadi harus dicek dulu kualitasnya dan standarnya di Jogja. Baru ke pasar Internasional,” ungkapnya. VCO sendiri manfaatnya cukup banyak, diantaranya manfaat obat, suplemen, selain sangat bagus untuk menggoreng.
Selama ini untuk harga VCO berat menembus pasar karena harganya bisa mencapai Rp100 ribu perliter. Setelah diberikan pelatihan efisiensi produksi, harganya bisa turun sampai Rp30 ribu perliter untuk ekspor. “Bahkan dengan harga ini, mengirim ke Jogja dan biaya kirimnya ditanggung sendiri, itupun masih ada dapat marjinnya,” tambahnya.
Winda mengatakan Bank Indonesia akan terus melakukan pendampingan program dan bantuan peralatan untuk mendorong peningkatan kualitas dan kapasitas produksi VCO berstandar pasar luar negeri. “Bank Indonesia berharap, setidaknya masyarakat pegunungan dan pesisir di Lombok Utara memiliki pendapatan tambahan dari kegiatan ekonomi ini,” demikian Winda. (bul)