Mataram (Suara NTB) – Belum genap tiga bulan, sebanyak 100 bencana alam melanda NTB. Bencana yang seringkali terjadi adalah banjir, sebab tingginya intensitas curah hujan per 1 Januari 2025. Kemudian, disusul oleh tanah longsor, cuaca ekstrem, dan kebakaran pemukiman.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Ir.H. Ahmadi mengatakan, hampir seluruh daerah di NTB terdampak bencana, dengan hampir 84 ribu warga terdampak. Dari jumlah tersebut, 10 warga dinyatakan meninggal dunia, 18 luka-luka, dan lima warga masih hilang.
Daerah yang paling rawan dilanda bencana alam adalah Kabupaten Bima, dengan total 31 bencana alam terhitung dari 1 Januari – 24 Maret 2025.
“Banjir 18 kali, tanah longsor satu kali, cuaca ekstrem tiga kali, gempa bumi dua kali, gelombang pasang satu kali, wabah penyakit dua kali dan kebakaran pemukiman terjadi sebanyak empat kali,” katanya.
Posisi kedua daerah rawan bencana ada Lombok Tengah, dengan total 16 bencana alam landa kabupaten ini dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan, selanjutnya ada Lombok Timur dengan total 11 bencana, Sumbawa dan KSB yang masing-masing 10 bencana, Lombok Barat delapan bencana, Dompu tujuh bencana, Kota Bima dan Mataram masing-masing tiga bencana, dan Lombok Utara satu bencana alam.
Dari total 100 bencana tersebut, 47 merupakan bencana banjir, 32 cuaca ekstrem, 10 kali terjadi tanah longsor, dua kali terjadi gempa bumi, dan satu kali gelombang pasang atau abrasi. Akibat bencana alam tersebut, sebanyak 59 fasilitas publik terdampak mengalami kerusakan. Terdiri dari 44 fasilitas pendidikan, enam fasilitas peribadatan, lima fasilitas kesehatan, dan empat perkantoran.
Rumah warga juga tak luput mendapat ancaman dari bencana alam, sebanyak 21.688 rumah terendam banjir, dan 354 rumah rusak. “63 rusak berat, 83 rusak sedang, 208 rumah rusak ringan,” ucap Ahmadi.
Bencana alam juga merusak banyak infrastruktur. Setidaknya 10 jembatan rusak akibat diterjang banjir, seluas 64 meter jalan rusak akibat dilanda bencana, seluas 300 meter tanggul juga mengalami kerusakan, begitupun dengan jaringan irigasi dan jaringan komunikasi.
“Ada juga dampak sosial ekonomi, sebanyak 674 hektar sawah terdampak, 119 hektar tambak, dan 12 toko,” sebutnya. (era)