Mataram (Suara NTB) – Provinsi NTB terus menunjukkan komitmen yang kuat dalam menangani masalah kesehatan anak, khususnya dalam penanganan stunting. NTB telah berhasil mencapai penurunan angka stunting yang signifikan, dari 32,7 persen menjadi 24,6 persen, atau sebesar 8,1 persen. Prestasi ini membawa NTB mendapatkan predikat provinsi dengan penanganan stunting terbaik di tingkat nasional.
“NTB pada tahun 2022 mendapatkan predikat pelaksanaan program stunting terbaik nasional. Setelah publikasi Survei Kesehatan Indonesia (SKI) memberikan informasi bahwa angka stunting diturunkan sebesar 8 persen, dan ini tercepat di Indonesia,” lapor Syamsul Anam, Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan BKKBN NTB, pada acara Rapat Koordinasi Stunting Provinsi Nusa Tenggara Barat, Rabu, 29 Mei 2024.
Syamsul juga menambahkan bahwa Provinsi NTB berhasil menurunkan jumlah keluarga berisiko stunting dari 338.000 jiwa menjadi 287.000 jiwa. “Kemudian kita telah mendapatkan predikat pelaksanaan program terbaik nasional dalam hal kepastian data,” lanjut Syamsul.
Rapat Koordinasi Stunting di NTB tahun 2024 diikuti oleh 730 orang secara daring dan 200 orang secara luring. Rapat ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dan memperkuat komitmen dengan mitra kerja serta pemerintah daerah untuk merumuskan pemikiran strategis percepatan penurunan stunting di NTB. Tema rapat kordinasi stunting tahun ini adalah Akselerasi dan Kolaborasi Pencapaian Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Menuju NTB Maju Melaju.
Program penurudinan stunting berdasarkan Perpres 72 dipimpin oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari pusat hingga desa dengan struktur yang sangat lengkap. Di pusat, program ini dipimpin oleh Wakil Presiden, sedangkan di provinsi langsung oleh Wakil Gubernur, dan seterusnya. Di NTB, terdapat 12.291 pendamping keluarga yang menjalankan kegiatan pendampingan untuk pencegahan stunting.
Selain penghargaan dalam penanganan stunting, NTB juga berhasil mengimplementasikan generasi cegah stunting. “Kita telah berhasil mengimplementasi generasi cegah stunting di kalangan remaja, juga (predikat) terbaik nasional. NTB juga meraih penghargaan Best Practices Nasional dan juara satu dalam kreasi dapur sehat untuk mengatasi stunting.”
Meskipun demikian, tantangan masih ada, terutama untuk mencapai target angka stunting 14 persen sesuai amanah Perpres 72. NTB masih menemukan variasi penurunan angka stunting antar kabupaten memiliki ketimpangan sangat tinggi. Audit data terakhir, kasus stunting pada anak-anak diakibatkan sering kali terpapar asap rokok dan ibu mengalami kekurangan energi kronis selama kehamilan.
“Audit kasus stunting, anak-anak yang terkena stunting adalah anak-anak yang kena asap rokok. Dan selama kehamilan anaknya mengalami energi yang kronis. Oleh karena itu penaganan kedepan harus lebih segmented, implementatif, agar hasilnya lebih baik dari apa yang sudah kita capai, tutup Syamsul. (wan)