spot_img
Sabtu, Oktober 5, 2024
spot_img
BerandaNTBBersihkan Sampah dan Lepas Tukik di Sekotong

Bersihkan Sampah dan Lepas Tukik di Sekotong

SAMPAH laut merupakan salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sampah laut memberikan beban yang besar pada ekosistem, keanekaragaman hayati, dan perekonomian nasional. Secara global, sampah plastik mendominasi komposisi permasalahan pencemaran laut, yaitu 60-80% dari jumlah total sampah.Inilah yang menjadi perhatian Ibu Negara Hj. Iriana Joko Widodo bersama jajaran Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju (KIM) melakukan aksi bersih sampah plastik di Pantai Elak-Elak, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Kamis 30 Mei 2024.

Namun, sebelum melakukan aksi bersih-bersih pantai, Ibu Negara bersama rombongan memberikan edukasi terkait daur ulang sampah plastik pada murid-murid SD dan SMA di Sekotong. Setelah itu, melakukan transplantasi terumbu karang, pembersihan pantai dari sampah-sampah plastik dan pelepasliaran tukik.

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Victor Gustaaf Manoppo, menjelaskan, jika salah satu dari lima program prioritas KKP adalah pembersihan sampah plastik di laut dengan melibatkan masyarakat yang ada di sekitar.

‘’Sebelum kita ambil sampah, kita edukasi pada anak anak agar dari kecil tahu bahwa tanggung jawab mereka menjaga lingkungan laut jangan sampai kotor. Yang kedua kita melaksanakan kegiatan transplantasi karang. Tujuannya adalah bagaimana kita merevitalisasi ekosistem pesisir, di mana terumbu karang banyak yang sudah tidak baik, sehingga melalui kegiatan transplantasi karang, terumbu karang di pesisir akan terjaga atau terbangun ekosistem koralnya,’’ ujarnya pada wartawan usai kegiatan.

Menurutnya sampah organik setiap saat datang berdasarkan arus dari kegiatan lain yang sampai ke pesisir pantai. Hal ini bisa dilihat dengan adanya sampah organik dan lebih banyak sampah plastik di pesisir pantai.

‘’Dan kita tahu, sampah plastik sangat berbahaya beberapa tahun ke depan. Setelah itu baru kita melaksanakan pelepasliaran tukik. Setelah menetas harus dilepasliarkan, karena tingkat kematiannya tinggi dan tidak sampai 1 persen yang hidup. Tadi 300 yang dilepasliarkan, 30 yang hidup sangat bagus,’’ terangnya.
Selain itu, adanya kegiatan ini anak anak memiliki pemahaman, terutama dalam menjaga terumbu karang, membersihkan sampah plastik di pantai dan memanfaatkan untuk produk lain yang berguna. ‘’Kemudian kita melepasliarkan tukik itu merupakan tanggung jawab kita bersama sejak masih kecil,’’ tegasnya.

Saat ini, ungkapnya, 80% sampah laut Indonesia berasal dari darat dan 30 persen dari sampah tersebut dikategorikan sebagai sampah plastik. Setiap tahunnya, 1.29 juta ton sampah plastik yang turut dipengaruhi oleh pasang surut ombak masuk ke perairan Indonesia dan berkontribusi terhadap akumulasi sampah lokal.

Untuk mengatasi permasalahan sampah plastik laut, tambahnya, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Sampah Laut (RAN PSL) dalam Peraturan Presiden (PP) Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. PP ini memberikan arahan-arahan strategis bagi 20 kementerian/lembaga terkait untuk menangani permasalahan sampah laut yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden.

Sementara KKP sebagai Koordinator Kelompok Kerja (Pokja) 3 terkait upaya penanggulangan sampah di pesisir dan laut yang di dalamnya tertuang upaya dalam melaksanakan Gerakan Nasional Bersih Pantai dan Laut. Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut dilaksanakan untuk mengedukasi kesadaran nelayan dan masyarakat serta mengkampanyekan pentingnya menjaga laut agar tetap bersih, sehingga ekosistem laut menjadi sehat.

Meski demikian, ujarnya, Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut memerlukan kolaborasi bersama Pemerintah Daerah, media, akademisi dan mitra lainnya, seperti LSM, komunitas pemerhati/penggiat sampah, unit pengelola sampah, dan pihak terkait lainnya. ‘’Setelah kegiatan Bulan Cinta Laut, nelayan dapat secara berkelanjutan melakukan pengambilan sampah laut dengan pendampingan dan dukungan dari mitra melalui konsep circular economy,’’ ujarnya.

Sementara mekanisme pelaksanaan Bulan Cinta Laut meliputi sosialisasi dan bimbingan teknis nelayan dan stakeholders terkait, yakni pengambilan sampah di laut menggunakan sarana/peralatan tertentu yang langsung dibawa ke waste station, pembersihan dan pemilihan jenis sampah, penimbangan dan pencatatan, dan pemberian insentif oleh mitra pengelola sampah/bank sampah/startup sehingga menumbuhkan ekonomi sirkular.
Di sisi lain, pelepasliaran tukik menjadi kegiatan akhir dari kunjungan kerja Ibu Negara. Didampingi 30 murid SDN 3 Sekotong Barat, Ibu Negara dan jajaran OASE KIM melepasliarkan 300 ekor tukik jenis penyu lekang dan penyu sisik. Penyu adalah salah satu biota laut yang terancam punah, sehingga harus dilindungi penuh, tidak boleh dimanfaatkan sama sekali mulai telur penyu hingga dewasa. (ham)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO