Mataram (Suara NTB) – Dosen Universitas Negeri Mataram (Unram) berkolaborasi dengan guru SMP Negeri 6 Mataram untuk mengintegrasikan budaya lokal yaitu Gendang Beleq dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berbasis kearifan lokal. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap konsep IPA dengan cara yang lebih kontekstual, menarik dan relevan dengan budaya mereka.
Dosen Unram, Satutik Rahayu, menjelaskan, Gendang Beleq merupakan alat musik tradisional Lombok yang terbuat dari kayu dan membrannya terbuat dari kulit kambing. Gendang beleq dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk menjelaskan konsep IPA yaitu konsep getaran dan gelombang suara melalui bunyi gendang yang dihasilkan.
“Pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia Pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal, seperti dengan menggunakan gendang beleq, dapat membantu membentuk generasi yang berkarakter. Hal ini karena siswa akan belajar menghargai budaya lokal dan memahami pentingnya menjaga kelestarian budaya,’’ terangnya, Kamis, 6 Juni 2024.
Pengintegrasian budaya lokal alat musik gendang beleq dalam pembelajaran IPA, ujarnya, dapat diajarkan dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh siswa dengan menggunakan alat musik tradisional yang mereka kenal.
Hal ini karena siswa sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang gendang beleq, sehingga mereka dapat lebih mudah memahami konsep-konsep IPA yang terkait dengan alat musik tersebut. memiliki rasa cinta terhadap budaya mereka..
Upaya ini, ungkapnya, disambut baik guru-guru SMP Negeri 6 Mataram. Mereka antusias untuk mempelajari cara mengintegrasikan Gendang Beleq dalam pembelajaran IPA dan yakin bahwa hal ini akan bermanfaat bagi siswa mereka.
Ahmad Saifi Hasbiyalloh salah satu guru SMP Negeri 6 Mataram, mengaku senang dengan kolaborasi ini. ‘’Ini merupakan langkah yang inovatif untuk mengenalkan siswa dengan alat musik lokal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah kami,” ujarnya.
Kolaborasi ini, tambahnya, diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia untuk mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajaran IPA. Dengan demikian, siswa dapat belajar IPA dengan cara yang lebih menarik dan relevan dengan budaya mereka.(ham)