Mataram (Suara NTB) – Simulasi kandidat Pilgub, sejak Desember 2023 sampai Juni 2024, sejumlah lembaga survei menunjukkan, adanya kenaikan elektoral Cagub Sitti Rohmi Djalilah hingga menembus 33 persen. Sedangkan elektoral petahana Zulkieflimansyah terus turun, dari angka perkasa 40 persen di akhir 2023, hanya tersisa 29 persen di awal Juni versi Poltracking. Sedangkan Lalu Muhammad Iqbal elektoralnya tidak signifikan.
Survei atau jajak pendapat publik dengan metode ilmiah, merupakan perkembangan demokrasi elektoral di abad modern. Keterpilihan bukan lagi hal yang tidak bisa ditebak, tetapi justru menjadi terukur.
Di NTB, Pilkada serentak masih 5 bulan lagi, namun eskalasi politik sudah mulai memanas. Beragam hasil survey sudah mulai beredar. Ada yang dirilis resmi, ada juga yang tidak jelas sumbernya, bahkan jumlah sampel yang digunakanpun tidak dipublikasi.
Hasil survei saat ini, tentu tidak bisa menjadi baromater tunggal, siapa yang akan memenangkan Pilkada. Survei saat ini hanya menunjukkan tren dan peluang kemenangan bagi bakal paslon. Siapakah calon yang memiliki tren elektoral yang terus meningkat, siapa yang elektoralnya menurun, siapa yang elektoralnya stagnan, maupun yang tidak memiliki tren peningkatan yang baik.
Ada sejumlah hasil survei yang beredar di publik saat ini, yakni KedaiKOPI, LSI Denny JA, Indikator Politik Indonesia, Poltracking Indonesia dan Politika Research Consulting (PRC). Membaca berbagai hasil survei ini, urutan waktu, kapan survei tersebut dilaksanakan, penting dilihat, sehingga kita bisa melihat story dari angka-angka tersebut yang dinamis. Urutan waktu hasil survei, kemudian akan lekat dengan realitas dan peristiwa politik apa yang terjadi ketika survei tersebut dilakukan.
Lembaga Survei KedaiKOPI, survey tatap muka (home visit) dalam rentang 24 November sampai 6 Desember 2023. Periode ini dalam masa kampanye Pileg dan Pilpres, hampir belum ada perbincangan signifikan soal Pilgub. Hasilnya, popularitas Cagub Zulkieflimansyah beda tipis dengan Sitti Rohmi Djalilah, masing-masing 55,2 persen dan 53,8 persen (dalam rentang margin error ( 3,46%), dalam simulasi 8 nama, elektoral Zulkieflimansyah signifikan di angka 40,9 persen. Sedangkan Sitti Rohmi hanya 24,6 persen.
Lalu Muhammad Iqbal yang saat itu sudah mulai memasang atribut pulang kampung, membukukan angka 3,7 persen.
Dalam rentang ini, persepsi publik yang dominan adalah pasangan petahana ZulRohmi. Zulkieflimansyah sebagai Cagub dan Sitti Rohmi Djalilah sebagai Cawagub. Baliho, kalender dan stiker ZulRohmi Jilid II mulai beredar di masyarakat. Aksi pemasangan atribut ZulRohmi Jilid II ini mulai dilakukan hingga April 2024. Dominasi Zulkieflimansyah juga diungkapkan Olat Maras Institute (OMI) yang mengungkapkan tingkat keterpilihan secara pribadi mencapai 85 persen, bahkan pasca Pemilu, disebutkan hingga 91 persen pada bulan Maret 2004.
April hingga medio Mei, atribut ZulRohmi kian massive, bahkan sempat ada beredar video soal peluang paslon ini berlanjut, termasuk dukungan dari TGB terhadap Paslon ini. Di sisi lain, diskursus soal kemungkinan paslon ini pecah kongsi juga mulai terbincangkan, dan bakal Cagub lain kian menegaskan diri dengan memasang atribut, seperti eks PJ Gubernur Lalu Gita Ariadi, Bupati Lotim dua periode M.Sukiman Azmy, Jubir Kemenlu RI Lalu Muhammad Iqbal, bahkan M.Suhaili FT terang-terangan mendaftar sebagai Cagub-Cawagub bersama drg. Asrul Sani, putra tokoh kawakan HM Ali Bin Dachlan.
Munculnya beragam realitas dan diskursus baru ini, mempengaruhi persepsi publik. Setidaknya, mulai terlihat dalam Survei LSI Denny JA, periode 11 Mei – 17 Mei 2024. Simulasi 8 nama, Zulkieflimansyah masih tercatat unggul, terkoreksi turun menjadi 32,1 persen, dibandingkan angka Maret versi OMI. Diikuti M Suhaili FT 11,9 persen, dan Sitti Rohmi Djalilah hany membukukan angka 10,3 persen. Iqbal juga mulai menanjak pelan, dengan angka 6,4 persen.
Rentang awal Mei hingga medio Mei, emosi publik terkuras dengan drama ZulRohmi berakhir anti-klimaks. Scene politik ini menjadi perbincangan hangat di warung kopi. Yakni, ketika Sitti Rohmi Djalilah menegaskan diri maju Pigub bersama Bupati KSB W. Musyafirin, per 26 Mei 2024.
Atas perubahan realitas politik yakni, bubarnya pasangan ZulRohmi, memberikan dampak signifikan. Perubahan positioning Sitti Rohmi Djalilah, dari posisi Cawagub menjadi Cagub mengubah total bangunan persepsi politik publik.
Hal ini terpotret pada survei Indikator Politik Indonesia, yang dilakukan 28 – 31 Mei 2024. Simulasi 8 nama, elaktoral Zulkieflimansyah tersisa hanya 22,3 persen, dari posisi 32 persen awal Mei. Sedangkan, Sitti Rohmi Djalilah, melesat di angka 21,7 persen, dari posisi awal Mei yang hanya 10,3 persen. Sedangkan posisi Lalu Muhammad Iqbal dibukukan hanya 5,4 persen atau cenderung stagnan.
Bahkan, di simulasi 4 nama, Rohmi unggul dengan 26,7 persen, sedangan Zulkieflimansyah di angka 24,2 persen. Sedangkan Iqbal tetap stagnan di angka 6,6, sedangkan Lalu Gita Ariadi di posisi buncit dengan 2,6 persen.
“Poltracking Indonesia menyelenggarakan survei Provinsi NTB dengan pengambilan data lapangan dilakukan pada 31 Mei sampai 7 Juni 2024,” ungkap Direktur Riset Poltracking Indonesia, Arya Budi, dalam keterangan tertulisnya.
Pertanyaan kritisnya adalah, kenapa elektoral petahana Zulkieflimansyah secepat itu jatuh? Bisa jadi salah satu alasannya karena, sebagian besar pemilih Zulkieflimansyah selama ini adalah, memilih Zulkieflimansyah karena berpasangan dengan Sitti Rohmi Djalilah. Ketika, ZulRohmi bubar, pemilih ini bermigrasi besar-besaran ke Sitti Rohmi. Tentu saja, butuh riset yang lebih jauh untuk memahami fenomena pergesaran ini.
Adanya pergesaran besar ini, kembali terlihat dalam survei Poltracking Indonesia, periode 31 Mei sampai 7 Juni. Atau sepekan setelah Indikator Politik Indonesia melakukan survei. Jika dalam pekan sebelumnya, Zulkieflimansyah bertahan unggul dalam simulasi 8 nama. Justru, dalam survei Poltracking Indonesia, disalip Sitti Rohmi Djalilah, yakni masing-masing 25,7 persen dan 23,4 persen. Iqbal juga terus terangkat naik dengan 14,9 persen. Posisi ini bertahan dalam simulasi 4 nama, yakni Sitti Rohmi Djalilah (33 persen), Zulkieflimansyah (29,5 persen), Lalu Muhammad Iqbal (17 persen), dan Lalu Gita Ariadi bertahan di posisi buncit (2,1 persen).
Scene politik berikutnya yang juga menarik, 8 Juni, Zulkieflimansyah deklarasi pasangan dengan M. Suhaili FT. Ini mengubah label Suhaili yang sebelumya Cagub bersama drg. Asrul Sani (putra HM Ali BD) sebagai Cawagubnya.
Kita tidak bisa berasumsi, elektoral Suhaili yang terpotret pada beberapa survei sebelumnya, tetap melekat. Sebab, pada survei sebelumnya, posisi Suhaili adalah Cagub. Perbedaan positioning ini bisa berdampak signifikan terhadap elektoral seseorang. Hal ini juga terlihat ketika Sitti Rohmi Djalilah mengubah positioning, berdampak pada elektoral. Perlu diingat, 2018 lalu, Suhaili bertarung sebagai Cagub tunggal dari Lombok Tengah melawan Zulkieflimansyah. Saat ini, ada Lalu Iqbal sebagai salah satu Cagub yang satu daerah dengan Suhaili dan Lalu Gita, tentu akan memiliki daya tawar yang lebih tinggi, dibandingkan dengan Suhaili yang hanya menempati posisi Cawagub. Voter yang memilih Suhaili sebagai Cagub, bisa bergeser ke Iqbal dan Lalu Gita, karena dianggap lebih mewakili posisi yang diinginkan.
Data survey terakhir yang beredar di publik adalah PRC. Disebutkan, survei dilakukan 9-18 Juni. Namun, simulasi yang disebutkan tidak bisa dibandingkan dengan data survei sebelumnya, sebab hanya menampilkan simulasi 25 dan 10 kandidat. Sedangkan pada simulasi 6 kandidat, simulasi yang ditampilkan ke publik, tanpa nama Sitti Rohmi Djalilah. Data ini menimbulkan banyak pertanyaan, salah satunya, apakah simulasi dengan mengikutkan nama Sitti Rohmi Djalilah di simulasi 4 nama, justru konsisten dengan hasil-hasil survei sebelumnya? (*)