DUKA mendalam menyelimuti keluarga Rumintang (17), warga Dasan Gedang Daya, Desa Denggen Timur, Kecamatan Selong, Lombok Timur. Jenazah Rumintang, pekerja migran Indonesia (PMI) yang tewas dalam kecelakaan di Jalan Pan Borneo, Sarikei-Sibu, Sarawak, Malaysia, akhirnya tiba di kampung halamannya Jumat, 29 November 2024.
Kedatangan peti jenazah disambut isak tangis keluarga. Sang ibu bahkan pingsan ketika peti tersebut tiba di rumah duka. Rumintang menjadi salah satu dari tujuh korban tewas dalam kecelakaan lalu lintas tragis yang terjadi Kamis, 21 November 2024.
Amaq Haeruman, ayah Rumintang, mengaku tidak mengetahui rencana anaknya pergi ke Malaysia. Ia mengatakan bahwa keluarganya baru diberitahu menjelang pemberangkatan.
“Kami sempat melarang karena dia masih di bawah umur dan jalurnya ilegal. Tapi Rumintang tetap bersikeras ingin berangkat. Katanya ingin merenovasi rumah dan membiayai adiknya sekolah,” ujar Haeruman.
Rumintang berangkat pada Rabu, 20 November 2024 untuk bergabung dengan pamannya di Malaysia. Namun sejak itu, keluarga tidak lagi berkomunikasi dengannya hingga kabar kecelakaan diterima dari sang paman pada Kamis sore lalu. Pihak keluarga ini pun kaget mendengar kabar itu.
Namun takdir berkata lain, sang buah hati yang mulai tumbuh dewasa itu menjemput kehendak Sang Maha Kuasa di Negeri Jiran Malaysia “Ini memang takdirnya,” ucap haru Amaq Haeruman.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Lombok Timur, Muhammad Hairi, menjelaskan bahwa tiga korban di antaranya berasal dari Lombok Timur, termasuk Rumintang.
Pemulangan jenazah dilakukan bertahap. Yakni dilakukan sejak Kamis, 28 November 2024 dua jenazah tiba. Jumat, 29 November 2024 giliran hari ini tiga jenazah lainnya termasuk Rumintang.
Hairi mengungkapkan bahwa Rumintang dan dua korban lainnya diketahui berangkat ke Malaysia secara nonprosedural. Rumintang baru pertama kali ke Malaysia, sedangkan dua rekannya sudah lebih dulu berada di sana namun sempat kembali ke Indonesia sebelum berangkat lagi secara ilegal.
Berdasarkan informasi dari Malaysia, korban yang meninggal ini hendak menuju lokasi bekerja, tetapi belum sampai tujuan, kendaraan mereka mengalami kecelakaan maut hingga merenggut nyawa tujuh PMI asal NTB ini.
Kadisnakertrans Lotim ini menyoroti masih banyaknya masyarakat Lotim yang masih memilih jalur ilegal menjadi PMI. Ia menyebut, PMI yang berangkat secara non prosedural itu karena tidak sabar menunggu proses pemberangkatan resmi.
Dia menegaskan kembali, menjadi CPMI ke negeri Jiran Malaysia itu sekarang sudah tanpa biaya. “Saat ini pengiriman tenaga kerja ke Malaysia sudah,” demikian terangnya.
Kadisnakertrans Lotim ini mengimbau masyarakat agar mengikuti jalur resmi jika ingin bekerja di luar negeri. Hairi meyakinkan, semua biaya pemberangkatan lewat jalur reami ke negeri Jiran Malaysia ditanggung perusahaan Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI). “Ketika dokumen sudah lengkap dan ada paspor, prosesnya cepat, namun sayangnya masyarakat seringkali tidak sabar,” jelasnya.
Disnakertrans Lotim siap membantu masyarakat yang ingin menjadi PMI secara legal. Tragedi kembali meninggalnya PMI asal Lotim di luar negeri ini menjadi pengingat kembali pentingnya prosedur resmi dalam bekerja di luar negeri demi menghindari risiko yang tidak diinginkan. (rus)