spot_img
Senin, Januari 13, 2025
spot_img
BerandaNTBSeluruh Kabupaten/Kota NTB Rawan DBD

Seluruh Kabupaten/Kota NTB Rawan DBD

Mataram (Suara NTB) – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB, dr. Lalu Hamzi Fikri mengungkapkan memasuki musim penghujan, seluruh kabupaten/kota di NTB rawan DBD. Oleh karenanya, ia menghimbau kepada pemerintah kabupaten/kota, beserta puskesmas dan masyarakat untuk memastikan tidak adanya jentik, melalukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan terus memperhatikan kebersihan, sanitasi dan higienis.

“Kalau potensi musim hujan terjadi di seluruh, merata di daerah kita, di NTB,” ujarnya kepada Suara NTB, Selasa, 24 Desember 2024.

Jika berkaca dari tahun lalu, tren DBD tahun ini tidak setinggi tahun 2023. Meski demikian, pihaknya tetap mengupayakan agar penyakit musiman ini tidak melonjak di tahun depan sehingga menyebabkan daerah NTB darurat DBD.

“Jika melihat kasus tahun lalu, kita masih sedang. Tapi saya bilang kewaspadaan harus terus dilakukan walaupun potensi sedang,” lanjutnya.

Dikatakan, untuk menekan angka terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopicturs, Dinkes NTB rutin melakukan monitoring dan evaluasi agar NTB bebas gigitan nyamuk penyebab DBD hingga 95 persen. “Itu target kita,” ucapnya.

Diketahui, sampai dengan bulan November 2024, ditemukan sebanyak 3.848 kasus dengan kasus tertinggi terjadi di Lombok Barat sebanyak 913, diikuti Lombok Utara dengan 583 kasus, Sumbawa Barat dengan 544 kasus dan Kota Mataram 530 kasus.

Dari jumlah tersebut, ditemukan tujuh kasus kematian atau Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu tiga kasus di Kota Mataram, dua di Lombok Barat, satu di KSB dan Kota Bima.

Ia menjelaskan terdapat tiga gejala DBD yang harus diperhatikan dan segera mendapatkan penanganan medis. Ada fase awal yang menunjukkan adanya gejala panas mendadak, fase kritis yaitu di hari ketiga terjadi panas, dan fase pemulihan yang menyebabkan banyak terjadinya Dengue shock syndrome (DSS) yang berdampak pada kematian.

“Masa-masa kritis harus kita waspadai hari ke tiga sampai ke tujuh. Ini kadang-kadang panasnya turun, setelah ini baru fase pemulihan,” terangnya.

Menurutnya, potensi kematian akibat DBD cukup tinggi apabila masyarakat tidak memperhatikan lingkungan dan gejala yang disebabkan oleh penyakit ini. Khususnya terhadap anak-anak yang mana dikatakan rata-rata kematian akibat kurang sadarnya masyarakat terhadap gejala yang disebabkan oleh DBD.

Sehingga, perlu dilakukan pencegahan dengan menjaga kebersihan. Di samping itu, tenaga dan fasilitas kesehatan juga terus berupaya untuk melakukan pencegahan dan penanganan DBD dengan mendistribusikan logistik untuk kegiatan pencegahan, pengendalian dan alat diagnosa DBD. Dilakukan juga Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin. (era)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO