KOMODITAS cabai, baik cabai rawit maupun cabai merah sedang menjadi bahan kebutuhan masyarakat yang harganya sangat tinggi. Laporan Dinas Perdagangan Provinsi NTB per tanggal 10 Januari 2025, harga cabai rawit di angka lebih dari Rp80 ribu per kg. Begitu juga cabai merah berada di angka Rp68 ribu per kg.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin mengatakan, cabai rawit sebenarnya belum masuk menjadi komoditas penyumbang inflasi di bulan Desember 2024 kemarin. Namun kini harga cabai semakin tinggi di pasaran, sehingga diperkirakan akan memberi andil yang besar terhadap inflasi.
“Sekarang ini sudah naik lagi, bahkan kemarin saya dengar 100 ribu ( per kg). Ini sudah pasti akan mempengaruhi inflasi, karena memang cabai kebutuhan kita yang cukup banyak di NTB. Disamping kebutuhan rumah tangga, juga untuk industri makanan dalam hal ini rumah makan,” kata Wahyudin kepada Suara NTB, Jumat, 10 Januari 2025.
Wahyudin mengatakan, komoditas yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat kemudian harganya naik berkali lipat, hal itu akan mempengaruhi angka inflasi di daerah. Terlebih untuk komoditas cabai merah pada bulan Desember kemarin, BPS mencatat komoditas ini menjadi salah satu komoditas yang cukup dominan memberi andil inflasi bulan ke bulan (m-to-m) yaitu sebesar 0,06 persen.
“Cabai merah, indikasinya sudah naik, 0,06 persen pengaruhnya. Ini juga akan naik lagi kemungkinan. Namun mudah-mudahan tidak sampai satu koma sekian persen inflasi bulan ke bulan ini,” katanya.
Sebagai solusi agar harga cabai kembali normal kembali, ia menyarankan agar pemerintah daerah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan swasta misalnya Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) NTB untuk berkolaborasi dalam hal menjalin kemitraan dengan pemda serta pelaku usaha di luar daerah.
Jika harga cabai di luar daerah lebih rendah daripada di NTB, maka Kadin bersama dengan Pemda bisa mendatangkan stok cabai ke dalam daerah. Harga cabai yang dijual harus lebih rendah daripada harga pasar, sehingga harga cabai yang tinggi sedang naik tajam bisa menurun.
Kita berharap kerja sama antara pemerintah dan swasta. Seperti Kadin bisa kerja sama dengan Jatim atau di luar NTB. Dibading dengan harga kita plus transport dan trade margin berapa sehingga bisa menjual di NTB dengan harga pasar sekarang,” ujarnya.
Ia menilai, lalu lintas komoditas antara Jawa dengan NTB sudah semakin dekat. Terlebih dengan adanya tol laut berupa penyeberangan Lombok – Surabaya akan menghemat waktu dan biaya pengiriman barang. Jika satu komoditas di NTB sedang mahal, maka opsi mendatangkan barang dari luar daerah menjadi hal yang perlu dilakukan untuk menormalkan pasar.
Untuk diketahui, ingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi Nusa Tenggara Barat bulan Desember 2024 sebesar 0,46 persen. Beberapa komoditas yang menyumbang inflasi seperti ikan layang/ikan benggol 0,09 persen, bawang merah 0,06 persen, cumi-cumi 0,06 persen, cabai merah 0,06 persen dan daging ayam ras 0,04 persen.(ris)