spot_img
Senin, Februari 17, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK UTARATumpangsari dengan Padi Gora, Lima Poktan di KLU Uji Coba Budidaya Kapas...

Tumpangsari dengan Padi Gora, Lima Poktan di KLU Uji Coba Budidaya Kapas Pola Kemitraan

Tanjung (Suara NTB) – Sebanyak 5 kelompok tani (poktan) di 5 desa, sedang dalam proses trial (uji coba) budidaya tanaman kapas. Komoditas yang pernah jaya di era 1980-an di Kabupaten Lombok Utara (KLU) ini kembali digalakkan dengan pola kemitraan antara Poktan dan PT. Sukha Cita.

Fasiliator Pendamping Petani, Puguh Dwi Friawan, kepada Suara NTB, Jumat, 24 Januari 2025 mengungkapkan, budidaya kapas dengan poktan sedang digalakkan. Program kemitraan ini sendiri berjalan di bawah program Desa Sejahtera Astra yang disponsori PT. Astra Internasional.

“Untuk tahap trial ini melibatkan 5 Poktan di 5 lokasi, yaitu 3 desa di Kecamatan Kayangan dan 2 desa dii Kecamatan Bayan,” ucap Iwan.

Adapun kelima desa asal poktan yaitu, Desa Kayangan, Desa Salut, Desa Selengen, Desa Andalan dan Desa Batu Rakit. Pada kelima desa ini, perusahaan mitra bertanggujawab atas suplai bibit dan saprona seperti pupuk dan obat-obatan.

Iwan menyebut, jumlah biji kapas yang disemai pada tahap awal ini sejumlah 25 kg atau setara dengan 25.000 batang bibit. Petani sudah menanam bibit ini di areal masing-masing dengan pola tumpang sari.

“Kapas ditanam sebagai tanaman sela pada kacang, jagung, bahkan di sela tanaman Padi Gogo Rancah (padi lahan kebun),” sambungnya.

Budidaya dengan sistem tumpang sari ini sendiri diharapkan akan memberi keuntungan berlipat kepada petani. Untuk jangka pendek (3 bulanan), petani dapat memanen komoditas utama berupa padi, jagung dan kacang. Beberapa bulan kemudian, petani juga dapat memanen tanaman kapas.

Iwan menyatakan, trial budidaya kapas ini sudah direncanakan secara matang. Pendampingan oleh DSA dan Sukha Cita dilakukan intensif, sehingga tanaman inti dan tanaman sela dapat sama-sama berproduksi secara optimal.

DSA juga tidak ingin gagal dalam pendampingan ini. Oleh karenanya, sebagai langkah awal, DSA kata Iwan, fokus pada pelibatan petani yang sudah menjadi binaan DSA sejak awal.

Pun demikian, secara ekonomi.  DSA di bawah bimbingan Prof. Ir. Suwardji, M.App.Sc. Ph.D., menggunakan relasinya untuk mencarikan mitra yang serius. PT. Sukha Cita digandeng karena perusahaan ini bersedia membeli hasil panen dengan harga cukup baik, yakni Rp 18 ribu sampai Rp 19 ribu per kg kapas kering. Dari harga beli ini saja, asumsi awal dapat ditarik yakni apabila dalam 1 hektar bisa menghasilkan 1,5 ton, maka petani akan memperoleh pendapatan dari kapas saja senilai Rp 30 juta.

“Kita optimis, kalau hasil budidaya dengan kemitraan ini nanti bagus, maka akan banyak petani di Lombok Utara yang mau bergabung,” yakinnya. (ari)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO