Mataram (Suara NTB) – Penurunan kunjungan wisatawan ke Mataram membuat tingkat hunian hotel merosot tajam. Sejumlah hotel mulai mempertimbangkan efisiensi tenaga kerja hingga potensi PHK jika kondisi terus berlarut.
Industri perhotelan di Kota Mataram tengah menghadapi masa sulit. Selain kebijakan efisiensi anggaran, penurunan jumlah kunjungan wisatawan juga menjadi penyebab lain tingkat hunian kamar hotel merosot tajam.
Humas Representative Asosiasi Hotel Mataram (AHM), Fajar Ashidiqi, mengungkapkan bahwa okupansi harian hotel-hotel anggota AHM berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. “Kami masih harap-harap cemas melihat okupansi harian saat ini. Rata-rata teman-teman di AHM mengalami hal yang sama. Wisatawan tampaknya masih enggan untuk berlibur ke Lombok,” katanya pada Suara NTB, pada Selasa (15/4).
Menurutnya, salah satu penyebab dari rendahnya kunjungan wisatawan adalah melemahnya daya beli masyarakat. Harga tiket pesawat yang masih tinggi serta kebutuhan pengeluaran harian selama berlibur menjadi pertimbangan masyarakat untuk menunda rencana wisata.
“Orang-orang sekarang menahan diri untuk membelanjakan uang di luar kebutuhan primer. Liburan menjadi pilihan terakhir,” ungkapnya.
Hal ini mengakibatkan, sejumlah hotel mulai mempertimbangkan langkah efisiensi terhadap tenaga kerja yang mereka punya. Seperti pengurangan jam kerja karyawan hingga berpotensi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Diky, pihak AHM masih dalam tahap pembahasan dan pertimbangan terkait efisiensi karyawan, dengan harapan tidak sampai pada terjadinya
“Untuk saat ini yang bisa kami informasikan, kita dalam statement bahwa AHM masih berusaha untuk menjaga stabilitas operational yang sehat. Kalaupun nantinya akan ada PHK kita berharap kondisinya tidak akan separah seperti semasa covid-19,” terangnya
Ia menambahkan, AHM tidak tinggal diam dalam menghadapi situasi ini. Upaya promosi telah dilakukan, salah satunya dengan menggelar sales mission ke Banjarmasin pada pertengahan Maret 2025 lalu, menyusul pembukaan rute penerbangan langsung Banjarmasin–Lombok. Strategi ini ditujukan untuk membuka pasar wisatawan baru dari Kalimantan Selatan. Namun, dampaknya belum terlalu terasa dalam jangka pendek.
Terpisah, Ketua AHM, Made Adiyasa, menyebut langkah merumahkan karyawan bisa saja diambil jika situasi ini terus berlarut. Namun, sejauh ini belum ada laporan resmi mengenai karyawan hotel yang di rumahkan. Meski begitu, tanda-tanda penyesuaian operasional mulai terlihat.
“Saat ini yang sudah terjadi adalah pengurangan jam kerja dan penundaan pembayaran service charge. Untungnya para pekerja memahami situasi yang sedang terjadi. Yang penting mereka masih bisa bekerja,” katanya.
Namun, ia mengakui bahwa jika kondisi ini berlangsung lebih lama, maka langkah merumahkan karyawan kemungkinan besar akan diambil. “Tapi kalau kelamaan, nanti pasti akan terjadi juga merumahkan karyawan,” tutupnya. (hir)