spot_img
Kamis, Mei 22, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEPerbaikan Butuh Anggaran dari Pusat dan Daerah, 10 Jembatan Rusak akibat Bencana...

Perbaikan Butuh Anggaran dari Pusat dan Daerah, 10 Jembatan Rusak akibat Bencana di NTB

Mataram (Suara NTB) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat sebanyak 10 buah jembatan rusak akibat bencana alam yang melanda sejumlah wilayah NTB dalam beberapa bulan terakhir. Jembatan rusak umumnya akibat dari banjir atau banjir bandang.

Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ir H Ahmadi mengatakan, tak hanya jembatan yang rusak akibat bencana alam. Juga infrastruktur jalan juga banyak yang rusak yaitu sekitar 64 meter jalan raya, seluas 300 meter tanggul serta jaringan irigasi dan jaringan komunikasi.

H.Ahmadi (Suara NTB/dok)

Menurut Ahmadi, untuk sementara ini, perbaikan jembatan yang terdampak banjir bisa diintervensi melalui APBD. Namun demikian, infrastruktur jembatan yang rusak akibat banjir ini ada yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, Pemprov NTB dan kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga anggaran perbaikannya berasal dari tiga pihak tersebut.

“Kalau itu kewenangannya provinsi ya tentu provinsi (NTB-red). Kalau kewenangan kabupaten ya kabupaten. Kalau kewenangan pusat ya tentu pusat,” kata Ahmadi kepada Suara NTB, Rabu, 16 April 2025.

Jembatan yang rusak akibat bencana alam diantaranya di Jembatan Ambalawi, Jembatan Konca, Jembatan Tololai. Jembatan Ujung Kalate, jembatan di Desa Sampungu, Jembatan Waworada yang semuanya ada di Bima. Kemudian jembatan kemakmuran atau Jembatan Bakong yang ada di Lombok Barat, Jembatan Kodong Are Dahe, Desa Mujur Lombok Tengah dan beberapa jembatan lainnya.

Ia mengatakan, jika terjadi bencana dan berdampak pada infrastruktur publik, maka penanganan kedaruratan infrastruktur akan dilakukan oleh PUPR NTB. Terhadap 10 buah jembatan yang terdampak bencana tersebut, saat ini sudah dilakukan penanganan darurat agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat.

Berdasarkan data hingga 24 Maret 2025, sebanyak 100 bencana alam melanda NTB. Bencana yang seringkali terjadi adalah banjir, sebab tingginya intensitas curah hujan sejak awal Januari. Kemudian, disusul oleh tanah longsor, cuaca ekstrem dan kebakaran pemukiman.

Daerah yang paling rawan dilanda bencana alam adalah Kabupaten Bima, dengan total 31 bencana alam terhitung dari 1 Januari – 24 Maret 2025. Posisi kedua daerah rawan bencana ada Lombok Tengah, dengan total 16 bencana alam landa kabupaten ini dalam kurun waktu tiga bulan, selanjutnya ada Lombok Timur dengan total 11 bencana, Sumbawa dan KSB yang masing-masing 10 bencana, Lombok Barat delapan bencana, Dompu tujuh bencana, Kota Bima dan Mataram masing-masing tiga bencana, dan Lombok Utara satu bencana alam.

Dari total 100 bencana tersebut, 47 merupakan bencana banjir, 32 cuaca ekstrem, 10 kali terjadi tanah longsor, dua kali terjadi gempa bumi, dan satu kali gelombang pasang atau abrasi. Akibat bencana alam tersebut, sebanyak 59 fasilitas publik terdampak mengalami kerusakan. Terdiri dari 44 fasilitas pendidikan, enam fasilitas peribadatan, lima fasilitas kesehatan, dan empat perkantoran.

Rumah warga juga tak luput mendapat ancaman dari bencana alam. Sebanyak 21.688 rumah terendam banjir, dan 354 rumah rusak. Dampak sosial ekonomi akibat banjir sebanyak 674 hektar sawah terdampak, 119 hektar tambak dan 12 toko. (ris)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO