Mataram (Suara NTB) – Dana penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) Program Indonesia Pintar (PIP) SD milik seorang murid SDN 38 Mataram berinisial WS hangus. Dana tersebut lenyap diduga lantaran yang bersangkutan telat mendapatkan informasi dari pihak sekolah, sehingga menyebabkan penerima telat membuka rekening di bank.
I Wayan Kariana, selaku orang tua dari WS mengatakan, berdasarkan surat keterangan dari pihak sekolah, anaknya dinyatakan sebagai penerima BSM PIP pada tanggal 26 Februari 2025. Namun, dirinya mengaku mendapatkan informasi tersebut pada tanggal 3 Maret 2025.
“Sedangkan tanggal 26 Februari itu, sudah tertulis di sana (surat keterangan) pihak sekolah, Kepseknya tanda tangan. Tanggal 26 aja langsung dibagikan itu kan dapet jeda waktu senenarnya kan, tapi dari pihak sekolah kenapa membagikan tanggal 3 Maret?” herannya.
Sebagai informasi, batas akhir aktivasi PIP tahun anggaran 2024 jatuh pada tanggal 28 Februari 2025. Bagi siswa yang belum mencetak buku tabungan PIP sampai tanggal yang ditentukan, dana penerima akan dikembalikan ke kas negara. Pengembalian hanya berlaku bagi nomor rekening yang belum mencetak buku tabungannya.
Wayan kemudian mempertanyakan terkait keterlambatan informasi dari pihak sekolah kepada orang tua murid tersebut. Selain itu, ia juga meminta pertanggung jawaban pihak sekolah atas kejadian yang menimpa anaknya.
“Dari pihak sekolah, kepseknya tidak mau ketemu. Katanya ada rapat. Dipertemukanlah saya sama wali murid anak saya. ‘Kalau udah gini ya, ga bisa, silakan diurus sendiri’ katanya. Seolah-olah lepas tanggung jawab dari pihak sekolah,” terangnya.
“Dua kali saya konfirmasi dan ketemunya sama kepseknya kemarin,” imbuhnya.
Ia juga mengaku, belum pernah dihubungi sebelumnya oleh pihak sekolah. Ia hanya mendapat informasi ihwal anaknya sebagai penerima BSM PIP pada tanggal 3 Maret 2025.
“Kalau informasi menelepon ke wali murid tidak ada. Tiang (saya) dapat informasi di tanggal 3 Maret 2025 lewat grup sekolah,” tegasnya.
Wayan menambahkan, kejadian serupa tak hanya dialami oleh anaknya, tapi juga dialami oleh dua murid lain.
“Tidak hak anak saya saja, ada juga orang dari Bebidas, terus ada juga dari Pagesangan Timur juga seperti itu,” ungkapnya.
Dari kejadian ini, Wayan berharap sekolah lebih peka terhadap informasi yang menyangkut murid.
“Biar kejadian seperti tidak terjadi lagi. Kasihan wali murid. Murid yang sudah dapat, akhirnya kayak begini kan,” pungkasnya.
Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 38 Mataram, Hj. Siti Purnamaraya, S.Pd., ditemui di Mataram menjelaskan, keterlambatan informasi tersebut diakibatkan karena adanya mutasi operator Dapodik sekolah sebelumnya, sehingga operator Dapodik baru telat mengetahui informasi terkait penerima baru BSM PIP.
“Nah, karena dia (operator) baru masuk, belumlah dia masuk grup data Dapodik. Jadi dia belum tahu informasi apa-apa. Nah, begitu dia masuk, muncullah ini (informasi anak tersebut mendapat PIP). (Tapi) sudah terlambat,” jelasnya kepada Suara NTB, Kamis 17 April 2025.
Meski telat, pihak sekolah tetap mencoba untuk mengajukan pembuatan buku tabungan ke pihak bank. Namun, pihak bank tidak menerima karena masa aktivasi sudah berakhir dan secara otomatis dana PIP tersebut kembali ke kas negara.
“Kembalilah uang itu ke kas negara. Uang itu di sana, saya tidak tahu apa-apa. Jadi mereka terima rekening itu dari orang tua langsung. Hanya kami menjembatani. Kami hanya mendata dan mengusulkan,” jelasnya.
Ia kemudian, menindaklanjuti hal tersebut ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram. Disdik kemudian menyarankan untuk mengusulkan kembali anak tersebut sebagai penerima PIP selanjutnya.
“Dia (orang tua WS) minta pertanggung jawaban. Apa (yang) saya pertanggung jawabkan? Karena uang itu kembali ke kas negara. Bukan di sini,” tuturnya.
Sementara itu, wali kelas WS, Loh Mertasiniwi, S.Pd., mengatakan, pihaknya telah mencoba menghubungi pihak orang tua WS untuk menginformasikan bahwa anaknya mendapatkan dana BSM PIP.
“Tanggal 26 Februari 2025, saya nelepon (orang tuanya) sulit sekali ngangkat. Nah, begitu dia datang. Terus dia bawa. Saya kasih surat untuk ke BRI ternyata dia ga bisa,” katanya.
Ia menjelaskan, sebenarnya pihaknya telah lama menginformasikan hal tersebut. Namun, dirinya tak ingat kapan ia mengirim informasi tersebut ke orang tua murid.
“Lupa sih saya, saya sudah hapus (pesan grup),” pungkasnya. (sib)