Mataram (Suara NTB) – Peralihan musim dari hujan ke kemarau mulai dirasakan di sejumlah wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Meski belum seluruh daerah memasuki musim kemarau secara resmi, masyarakat diimbau untuk mulai bersiap menghadapi dampaknya.
Forecaster on duty Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Zainuddin Abdul Madjid (ZAM), Nur Siti Zulaichah menjelaskan bahwa NTB saat ini berada dalam masa transisi menuju musim kemarau. Prediksi menunjukkan bahwa awal musim kemarau di NTB berlangsung bertahap sejak dasarian I April hingga dasarian I Mei 2025, bergantung pada zona musim (ZOM) masing-masing wilayah.
“Wilayah NTB memiliki 27 ZOM, sehingga waktu mulai musim kemarau bisa berbeda-beda,” ujarnya saat dihubungi Suara NTB pada Senin, 21 April 2025.
Sebagian wilayah Bima bagian selatan dan timur sudah lebih dahulu memasuki musim kemarau sejak awal April, disusul bagian timur Lombok Timur dan sebagian wilayah selatan Lombok Tengah.
Nur menyoroti bahwa variasi waktu dan kondisi awal musim kemarau di NTB dipengaruhi oleh topografi yang kompleks, seperti pegunungan, lembah, dan kedekatannya dengan pantai. “Keadaan ini membuat pola iklim menjadi sangat lokal dan tidak seragam antarwilayah,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, masyarakat diminta memperhatikan perubahan karakter cuaca yang mulai terasa. Dimana intensitas hujan yang menurun dan suhu udara yang semakin terik. Meski begitu, pihaknya menekankan bahwa musim kemarau bukan berarti sepenuhnya tanpa hujan.
Nur juga menyampaikan bahwa tahun ini, musim kemarau diprediksi memiliki sifat Atas Normal di sebagian besar wilayah NTB. Artinya, curah hujan yang turun selama musim kemarau kemungkinan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata biasanya. Namun kondisi ini tidak serta-merta berarti akan terjadi hujan deras terus-menerus.
Dengan meningkatnya suhu dan potensi kekurangan air, BMKG ZAM, mengimbau masyarakat untuk mulai menyiapkan langkah mitigasi, terutama dalam pengelolaan air bersih dan ketahanan pangan.
“Waspadai potensi kekeringan dan kekurangan air bersih. Manfaatkan hujan yang masih turun untuk mengisi penampungan air seperti embung atau waduk,” ucapnya.
Petani pun diminta cermat merencanakan musim tanam sesuai dengan prediksi iklim agar tidak mengalami gagal panen. Sementara itu, masyarakat secara umum diharapkan tetap mengikuti informasi resmi dari BMKG dan menjaga kondisi kesehatan selama cuaca panas. (hir)