spot_img
Selasa, Mei 13, 2025
spot_img
BerandaEKONOMIBHS Sayangkan Pemotongan Pohon Bersejarah di Taman Narmada

BHS Sayangkan Pemotongan Pohon Bersejarah di Taman Narmada

Giri Menang (Suara NTB) – Tokoh nasional dan anggota DPR RI, Bambang Haryo Soekartono (BHS), menyayangkan tindakan pemotongan pohon-pohon bersejarah di kawasan Taman Narmada, sebuah situs warisan budaya yang terletak di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Hal itu disampaikannya saat melakukan kunjungan ke lokasi tersebut, Kamis, 1 Mei 2025.
BHS mengaku prihatin setelah mendapat informasi adanya pemotongan beberapa pohon tua yang menjadi bagian integral dari sejarah dan keindahan taman tersebut, termasuk pohon kamboja dan pohon beringin yang diperkirakan telah berusia lebih dari 300 tahun.
“Taman Narmada ini adalah situs sejarah yang luar biasa. Didirikan sekitar tahun 1727 oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem, tempat ini dulunya digunakan sebagai lokasi peristirahatan keluarga kerajaan. Kalau sampai ada pohon bersejarah dipotong, itu sama saja merusak warisan budaya,” tegas BHS.

Taman Narmada dibangun oleh Raja Karangasem sebagai replika dari Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak, yang menjadi tempat peribadatan umat Hindu. Di dalam taman terdapat pura, kolam-kolam alami, dan sumber mata air yang diyakini memiliki nilai spiritual. Taman ini juga dikenal sebagai tempat penyelenggaraan upacara keagamaan dan tradisi lokal.

BHS menambahkan bahwa potensi Taman Narmada untuk menjadi magnet wisata budaya sangat besar jika dikelola secara profesional dan konservatif. Ia bahkan mengusulkan penambahan atraksi budaya seperti pertunjukan tari tradisional secara rutin, pementasan cerita rakyat lokal, serta pembangunan amphiteater untuk pertunjukan seni.

Dalam kunjungannya, BHS yang juga dikenal sebagai pegiat pariwisata dan pelaku usaha nasional, menekankan pentingnya menjaga keaslian taman tersebut. Ia menilai perubahan atau penataan ulang yang tidak berbasis konservasi justru bisa merusak daya tarik taman bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Beberapa turis dari kapal pesiar bahkan sempat menyampaikan kekecewaan mereka karena melihat pohon-pohon tua yang ikonik dipotong. Mereka datang ke sini untuk merasakan nuansa alami dan historis, bukan sesuatu yang artifisial,” ungkap BHS.

Selain mengkritisi pemotongan pohon, BHS juga menyoroti masih minimnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Lombok jika dibandingkan dengan destinasi serupa seperti Pulau Penang, Malaysia. Menurutnya, Lombok memiliki kekayaan alam dan budaya yang jauh lebih unggul, namun belum dikelola optimal.

“Penang itu tidak punya gunung, tidak punya air terjun, tidak punya budaya sekaya kita. Tapi pengunjungnya bisa tembus jutaan. Lombok hanya dikunjungi sekitar 450 ribu turis asing per tahun. Kita perlu evaluasi besar, termasuk soal konektivitas transportasi dan atraksi budaya,” katanya.

BHS menyarankan agar pemerintah daerah dan pengelola wisata menyediakan pertunjukan budaya secara rutin di kawasan Taman Narmada, seperti yang dilakukan di Uluwatu, Bali, yang terkenal dengan pertunjukan tari Kecak yang selalu ramai ditonton turis.

Setiap kali berkunjung ke Taman Narmada, BHS dikenal luas oleh masyarakat sekitar. Ia kerap membeli kuliner lokal, memborong suvenir, dan berbagi kebahagiaan dengan anak-anak di kawasan taman. Kehadirannya disambut hangat oleh pedagang, pengelola wisata, dan warga setempat.

“Pak BHS ini sudah beberapa kali datang ke sini. Kalau datang, pasti ramai dan berdampak besar untuk ekonomi pedagang,” ujar salah satu pedagang suvenir.

Sebagai penutup, BHS meminta pihak berwenang untuk lebih bijak dalam menata kawasan Taman Narmada dan memastikan bahwa setiap langkah pembangunan tidak mengorbankan nilai sejarah serta ekologi kawasan tersebut.(bul)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO