Giri Menang (Suara NTB) – Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) perlu melakukan pembenahan di sektor pendidikan. Data terbaru menunjukkan rata-rata lama sekolah masyarakat di daerah ini hanya 6,8 tahun. Artinya, sebagian besar warga belum menamatkan pendidikan tingkat SMP.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lobar, Maad Adnan, mengakui angka tersebut masih rendah. “Angka 6,8 tahun itu setara dengan tamat SD ditambah delapan bulan, atau baru kelas 1 SMP,” ujarnya, Jumat, 3 Mei 2025. Dengan demikian, sebagian besar masyarakat Lobar belum menyelesaikan pendidikan dasar secara keseluruhan.
Maad menjelaskan, rendahnya rata-rata lama sekolah disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satu indikator yang digunakan adalah warga berusia 25 tahun ke atas, sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS). “Indikator ini cukup berat karena banyak dari kelompok usia ini merupakan ibu rumah tangga yang tidak menyelesaikan pendidikan formal,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, Pemkab Lobar meluncurkan program “Gardu Asli” atau Gerakan Terpadu Ayo Sekolah Lagi. Program ini menyasar masyarakat yang belum memiliki ijazah SD, SMP, dan SMA. Pemkab bekerja sama dengan pemerintah desa untuk mendata warga, kemudian mengikutsertakan mereka dalam program pendidikan kesetaraan—Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA).
“Mereka akan menjadi warga belajar dan proses pembelajarannya dititipkan di sekolah formal terdekat. Jam belajar diatur sesuai kondisi warga, bisa sore atau malam, dengan target satu tahun bisa mengikuti ujian,” paparnya.
Berbeda dari program sebelumnya yang hanya dijalankan melalui PKBM, kali ini pembelajaran difokuskan di sekolah formal agar koordinasi lebih cepat dan efektif. Guru-guru pengajar juga diupayakan agar jam mengajarnya tercatat dalam Dapodik.
Sementara itu, tantangan lainnya adalah kekurangan tenaga pendidik. Kebutuhan guru di Lombok Barat mencapai 4.537 orang, sementara jumlah guru ASN yang tersedia hanya 3.747 orang. Kekurangan tersebut sebagian ditutupi oleh guru honorer sebanyak 1.122 orang. Dengan demikian, masih terdapat kekurangan 72 guru. (her)