Mataram (Suara NTB) – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Mataram tengah mengalami masa sulit. Pada PPDB tahun lalu, Sekolah yang berada di Jalan Anyelir, Gomong, Mataram tersebut hanya menerima 11 siswa baru.
Kepala SMP Muhammadiyah Mataram, Junaidi Usman ditemui di Mataram mengatakan PPDB zonasi berpengaruh terhadap kurangnya siswa di sekolah yang dipimpinnya. Apalagi, ada sekolah yang menampung siswa melebihi kapasitas yang sudah ditentukan. “Di aturan itu jumlah siswa paling banyak 33 per kelas, sementara ada yang sudah 45 per kelas,” ujarnya, Senin 5 Mei 2025.
Junaidi mengungkapkan, penerapan biaya di SMP swasta juga merupakan salah satu alasan kenapa pihaknya mengalami kesulitan dalam menerima siswa saat ini. Sedangkan, di SMP negeri tidak dikenakan biaya. “Sementara masyarakat kita yang menengah ke bawah itu yang dikejar itu yang tidak ada biaya itu. Sementara kami kan bayar,” ungkapnya
Namun, dirinya bersyukur, pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun lalu, pihaknya bisa menerima siswa sebanyak 11 orang. “Ini kan hampir semua sekolah swasta mau gulung tikar semua. Ini aja saya alhamdulilah masih bisa bertahan,” ucapnya.
Junaidi menyebut, kondisi tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun. “Dulu (2022) sedikit sekali (siswa). Ada dua, ada empat, ada lima,” ungkapnya.
SMP Muhammadiyah Mataram kini hanya dihuni 21 siswa. Dengan rincian 11 siswa di kelas VII, 4 siswa di kelas VIII, dan 6 siswa di kelas IX.
Meski demikian, pihaknya tetap berupaya untuk terus mencari siswa baru. SMP Muhammadiyah Mataram kini mencari siswa-siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu, yatim, dan yatim piatu.
Bagi siswa yang tidak mampu atau yatim piatu, akan dititipkan di Panti Asuhan Muhammadiyah. “Jadi kami koordinasi dengan pengurus panti di situ,” ucapnya.
Kejadian serupa tidak hanya terjadi pada SMP Muhammadiyah. Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Mataram juga mengalami nasib yang sama. SMA swasta yang masih satu kompleks dengan SMP Muhammadiyah itu hanya memiliki dua siswa kelas XII.
“SMA (Muhammadiyah) karena sudah sedikit akhirnya kami over ke SMK untuk sementara, tapi bukan dibubarkan,” terang Junaidi yang pernah menjabat sebagai Wakasek SMA Muhammadiyah itu.
Sementara itu, pada tahun ajaran baru 2025/2026 pemerintah resmi akan menggunakan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) sebagai sistem penerimaan menggantikan PPDB Zonasi yang sebelumnya memiliki banyak masalah.
Menanggapi perubahan sistem tersebut, Junaidi tidak terlalu optimis ada perubahan signifikan yang akan timbul dari sistem baru tersebut. “Kalau sebenarnya sama saja cuma istilah saja yang diganti,” tuturnya.
Kendati demikian, dirinya tetap berharap SPMB dapat membantu memulihkan penerimaan murid baru di sekolahnya. “Kami ini buka sekedar itu saja. Kami juga turun (mencari siswa),” pungkasnya. (sib)