Taliwang (Suara NTB) – Langkah sejumlah pemuda Desa Tambak Sari, Kecamatan Poto Tano ini patut dicontoh. Menyadari potensi desanya sebagai sentra budidaya tambak udang, mereka urunan modal dan tenaga membuka usaha budidaya udang vaname dengan sistem bioflok.
Memanfaatkan lahan pekarangan, para pemuda Desa Tambak Sari itu, saat ini tengah memulai pembangunan kolamnya yang menggunakan bahan membran. Suhardianto, pencetus ide usaha ini mengatakan, mulai banyaknya tambak konvensional bermunculan di desanya menjadi pemicu mereka menjajal salah satu usaha budidaya perikanan itu.
“Selain perusahaan, kami lihat yang mengelola tambak secara konvensional mulai berhasil. Dan kami pun tertarik. Makanya kami menggagas usaha ini,” katanya, Senin, 19 Mei 2025.
Selain memanfaatkan lahan pekarangan rumah, modalnya pun hasil patungan. Diungkapkan Suhardianto, ia dan rekan-rekannya saat ini berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp200 juta. Dana itulah yang dijadikan modal untuk membiayai seluruh pembuatan kolam membran dan operasiol awal usahanya. “Sementara ini swadaya kami semuanya. Tidak ada (bantuan) dari pihak lain,” cetusnya.
Pria yang akrab disapa Pitos ini meyakini, usaha yang dirintisnya ini memiliki potensi ekonomi menjanjikan. Dan ia menyampaikan, warga Desa Tambak Sari secara umum dapat menjalankan usaha tersebut. “Usaha ini dapat melibatkan masyarakat di desa lebih banyak lagi guna mendorong percepatan peningkatan perekonomian. Dan saya kira pemerintah harus hadir menangkap peluang itu,” katanya seraya mengungkapkan harapannya kepada pemerintah.
“Kami berharap mendapat support dan dukungan dari pemerintah daerah hingga pemerintah pusat agar usaha ini kedepannya dapat menjadi pilotprojek dalam pertumbuhan ekonomi kerakyatan khususnya ditingkat desa tambak Sari dan kecamatan Poto Tano pada umumnya,” harap Pitos.
Pitos dan rekan-rekannya memilih sistem bioflok dalam menjalankan usaha tambak udangnya. Sistem bioflok adalah teknik yang memanfaatkan koloni mikroorganisme (bakteri, alga, dll) untuk menjaga kualitas air dan menyediakan nutrisi bagi udang. Mikroorganisme ini membentuk gumpalan yang disebut bioflok, yang terdiri dari sisa pakan.
“Sistem ini menurut kami memberi banyak keuntungan karena selain mudah dijalankan juga modalnya relatif lebih murah,” klaim Pitos.
Menggunakan petak kolam yang terbuat dari membran berbentuk lingkaran dengan diameter 5 meter per petak. Pitos menyebut, untuk sumber airnya, ia menggunakan sumur bor air payau.
“Rencananya kami akan membangun tahap awal ini sebanyak 10 kolam dengan target panen 1 ton dalam sekali panen. Dan dalam pengoperasiannya kami tidak menggunakan kincir seperti tambak konvensional tapi kami menggunakan sistim udara (aerator,” imbuhnya. (bug)