PENGERAKSE Agung Majelis Adat Sasak (MAS), Dr. H. Lalu Sajim Sastrawan menyampaikan pesan mendalam yang menggugah kesadaran kolektif masyarakat, Lombok Barat (Lobar) telah tidur selama 25 tahun dan kini waktunya bangkit. Salah satu tolok ukur mulainya kebangkitan Bumi Patut Patju itu dimulai dari jantung ibu kota Lombok Barat dengan gelaran kegiatan seni dan budaya di Gerung.
Sajim Sastrawan menjelaskan, perpindahan ibu kota dari Mataram ke Gerung diatur lewat PP Nomor 63 Tahun 2000. “Artinya, sudah 25 tahun kita diam. Bahkan mimpi pun tidak. Tapi hari ini, saya lihat semangat itu mulai bangkit!” katanya, akhir pekan kemarin di acara Car Free Night di Taman Kota Gerung.
Tokoh Lobar itu melihat antusiasme warga terhadap kegiatan seni dan budaya menjadi tanda bahwa semangat Lobar tak benar-benar padam hanya tertidur menunggu momentum kebangkitan.
Dr. Sajim menyoroti pentingnya kolaborasi penta helix dalam pembangunan pemerintah, perguruan tinggi, media, komunitas, dan pengusaha. Sayangnya, dalam banyak agenda besar daerah, kehadiran pengusaha justru minim.”Pengusaha harus mulai ambil bagian. Lombok Barat sudah memberi ruang kepada mereka selama ini. Sekarang giliran mereka berkontribusi. Tak perlu CSR besar, cukup hadir, ajak anak-anak yatim bersuka cita, itu sudah luar biasa,” tandasnya.
Menurutnya, jika lima unsur ini bersatu, bukan tidak mungkin Gerung akan menjadi pusat kebangkitan ekonomi dan budaya, sementara daerah lain seperti Kebon Ayu atau Tempos akan menemukan identitas khas masing-masing. Lebih dari sekadar kritik dan ajakan, pernyataan Pengerakse MAS ini menjadi refleksi dan motivasi.
“Kalau mau sehat, harus semangat. Kalau sudah semangat, sehat itu pasti datang. Dan dengan semangat, masyarakat kita bisa bangkit kembali.” imbuhnya.
Seruan ini menjadi cambuk kesadaran kolektif, sudah waktunya Lombok Barat tidak hanya bangkit, tapi juga bersatu demi kemajuan bersama.(her)