Mataram (Suara NTB) – Puncak Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) Tahun 2025 digelar di Gedung Merah Putih Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kemendikdasmen, pada Senin (26/5/2025).
Berbagai rangkaian acara dihadirkan dengan perwakilan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai peserta. Tiga orang perwakilan pemenang FTBI di tingkat Provinsi NTB dikirim ke Sawangan, Depok untuk unjuk kebolehan berbahasa daerah. Sementara itu, tiga kepala daerah mendapat penghargaan atas dedikasi mereka dalam mendukung pelestarian bahasa daerah masing-masing.
Ketiga kepala daerah tersebut adalah Wali Kota Bima, Bupati Lombok Tengah, dan Bupati Lombok Barat.
Masing-masing kepala daerah diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Bima, Wakil Bupati Lombok Barat, dan Wakil Bupati Lombok Tengah. Apresiasi berupa penghargaan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sesuai sambutan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti, kepala daerah ini layak memperoleh apresiasi setinggi-tingginya sebab bahasa daerah menjadi salah satu akar yang menguatkan identitas tiap daerah dan akhirnya menguatkan Indonesia. “Kami harap pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang mampu menjadikan sekolah dapat mengintegrasikan nilai-nilai yang hanya dapat dipahami dalam bahasa daerahnya pada anak-anak, juga dapat mengaitkannya dengan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat,” pungkas Abdul Mu’ti.
Rangkaian FTBIN diawali dengan pengiriman perwakilan pemenang FTBI di setiap daerah sejak 23 Mei 2025. Bersama 111 peserta dari seluruh provinsi di Indonesia, perwakilan pemenang FTBI dari mata lomba berbahasa Sasak, Samawa, dan Mbojo berbaur dalam latihan pementasan di Hotel Aston Priority Simatupang.
Selama tiga hari, peserta menunjukkan usaha maksimal berlatih memainkan peran. Ketiga perwakilan itu ialah Nikmatullah dari SDN 2 Pancor, Meliana dari SMPN 3 Sanggar, dan Falwa dari SMPN 3 Taliwang. Mereka memerankan tokoh Lintang, Pembeli, dan Pendongeng di hadapan Mendikdasmen beserta jajaran pejabat lainnya.
Meliana, perwakilan pemenang dari Mbojo, mengaku merasa sangat tertantang. Ia senang dapat berkomunikasi dengan pemenang dari berbagai provinsi lain di Indonesia. “Semuanya ramah dan pintar. Saya jadi termotivasi untuk menunjukkan yang terbaik,” akunya di tengah latihan.
Begitu pula Falwa selaku peserta dari Sumbawa Barat berusaha sekuat tenaga menghafal dan mengekspresikan dialog yang diucapkannya sebagai pendongeng asal Sumbawa. “Sulit sekali menghafal dialog panjang bahasa Samawa, tetapi asyik,” ulas Falwa.
Testimoni dari dua perwakilan peserta ini menunjukkan harapan yang disampaikan Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB, Dwi Pratiwi, telah terealisasi. Bagi Dwi Pratiwi, meningkatnya motivasi dan kesukaan siswa terhadap bahasa daerah adalah hal utama yang harus dicapai dalam program revitalisasi bahasa daerah.
Dalam pertunjukan yang dipandu Okky Lukman dan Abdur Arsyad sebagai pewara sekaligus pemeran, seluruh perwakilan dari zona barat, tengah, dan timur melebur menjadi karya otentik dan kaya pesan. Tepuk tangan menghujani para penampil, diikuti apresiasi dan dukungan penuh dari Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, dalam laporan yang disampaikannya.
Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional juga dimeriahkan dengan pameran buku cerita anak dari berbagai daerah di Indonesia. Sebelas karya berbahasa Sasak, Samawa, dan Mbojo hasil sayembara penerjemahan turut bertengger dalam etalase pameran. Hal ini menunjukkan apresiasi bagi penulis berbahasa daerah pada FTBIN kali ini. (ron)