Praya (Suara NTB) – Kontrak Sky Lancing Desa Mekarsari Kecamatan Pujut, Lombok Tengah (Loteng) sebagai lokasi gelaran kejuaraan dunia paralayang, Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) dipastikan habis setelah gelaran PGAWC seri Indonesia pada 23-25 Mei 2025 kemarin, tuntas digelar. Pihak Sky Lancing pun tengah mempersiapkan diri untuk kembali ikut dalam proses bidding (seleksi) sebagai tuan rumah PGAWC untuk tiga kedepan, periode 2026-2028. Bersaing dengan 10 negara yang juga sudah menyatakan minat untuk menyelenggarakan kejuaraan dunia paralayang tersebut.
Pengelola Sky Lancing Roy Rahmanto kepada Suara NTB, Minggu, 25 Mei 2025, mengungkapkan pihaknya awalnya berniat untuk tidak ikut bidding tuan rumah PGAWC lagi. Karena sudah tiga tahun Sky Lancing jadi tuan rumah kejuaraan dunia tersebut dan cukup sukses. Namun setelah berdiskusi dan atas dorongan semangat dari Gubernur NTB, pihaknya memutuskan untuk kembali ikut bidding sebagai tuan rumah PGAWC.
“Biddingnya sendiri direncanakan akan digelar sekitar bulan Agustus atau September 2025 mendatang,” sebutnya.
Walaupun diakuinya, peluang untuk kembali jadi tuan rumah PGAWC cukup berat. Karena harus bersaing dengan sekitar 10 negara lainya. Sementara jumlah seri gelaran PGAWC setiap tahunnya hanya ada lima seri saja. “Tapi kita akan berupaya maksimal agar bisa ditunjuk lagi sebagai tuan rumah gelaran PGAWC,” terang Roy.
Sehingga NTB bisa tetap menjadi lokasi gelaran PGAWC, setidaknya hingga tahun 2028 mendatang. Dengan begitu akan semakin banyak event internasional yang digelar di NTB, khususnya lagi Pulau Lombok. Terlebih, target Gubernur NTB kedepan setidaknya setiap bulan ada event internasional yang digelar di NTB. Sebagai upaya menggenjot sektor pariwisata guna mewujudkan visi NTB mendunia.
Kalaupun gagal dalam proses bidding nantinya, pihaknya ujar Roy sudah menyiapkan rencana lain. Dengan membidik kejuaraan paralayang internasional lainya. Walaupun kelas kejuaraanya sedikit di bawah PGAWC.
Salah satunya kejuaraan paralayang internasional kategori cross country. Kelas kejuaraan tersebut memang masih dibawah PGAWC. Tetapi kalau dari sisi peminat tidak kalah banyak. Bahkan untuk kategori cross country justru lebih diminati oleh peserta dari Eropa.
“Kejuaraan paralayang untuk kategori cross country itu lebh diminati peserta dari eropa. Sementara untuk PGAWC, peserta Eropa tidak begitu tertarik. Artinya, dari sisi peserta untuk kategori cross country tidak kalah dari kategori ketepatan,” terangnya seraya menambahkan, terpenting kejuaraan paralayang skala internasional bisa tetap hadir di NTB. (kir)