spot_img
Senin, Juni 23, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK TENGAHVolume Sampah di Loteng Terus Naik, Desa Didorong Bangun TPS dan Bank...

Volume Sampah di Loteng Terus Naik, Desa Didorong Bangun TPS dan Bank Sampah Sendiri

Praya (Suara NTB) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) adanya peningkatan volume sampah di daerah ini. Seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan geliat pembangunan di Loteng. Disatu sisi kemampuan pemerintah daerah dalam menangangi persoalan sampah masih sangat terbatas. Untuk itu, pemerintah desa juga didorong untuk ikut serta menangani persoalan sampah dengan menyiapkan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) dan bank sampah didesanya masing-masing.

Dengan begitu sampah-sampah yang dihasikkan dimasing-masing desa bisa diolah atau minimal dipilah terlebih dahulu. Sebelumnya residu sampahnya dibawah dan dibuang di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPAS) yang milik pemerintah daerah yang ada di Desa Pengengat. Sehingga volume sampah yang masuk ke TPAS bisa ditekan.

“Regulasinya sudah ada. Dengan kata pemdes sekarang boleh mengalokasikan anggaran untuk penanganan sampah di APBDes-nya. Tinggal pemdes menindaklanjuti dengan kebijakan saja,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Loteng Lalu Sarkin Junaidi, kepada wartawan, Selasa, 27 Mei 2025.

Ia menjelaskan, jika melihat potensi sampah di Loteng cukup besar. Dengan perhitungan satu orang penduduk menghasilkan 0,5 kg sampah perhari, maka diperkiraankan rata-rata sampah di Loteng mencapai 500 ton perhari. Sementara sampah yang  bisa ditangani atau diangkut untuk dibuang ke TPAS rata-rata mencapai 80 per hari. Jadi masih banyak sampah yang belum tertangani sampai saat ini.

Sehingga keterlibatan pemdes dalam hal ini sangat penting. Untuk bisa menekan volume sampah di Loteng. “Sampah kalau dikelola dengan baik itu juga bisa menghasilkan peluang secara ekonomi. Salah satu caranya yakni melalui bank sampah,” ujarnya.

Memang saat ini ada desa dan kelurahan yang sudah memili bank sampah maupun TPS sendiri. Tetapi jumlahnya tidak banyak hanya sekitar 14 desa. Itu pun rata-rata dibiayai dari program pusat. Belum ada yang secara mandiri pemdes mengalokasikan anggaran untuk program penanganan sampah.

Jadi secara umum belum berdampak signifikan dalam menekan volume sampah di daerah. “Tapi seadainya semua desa di Loteng punya  bank sampah dan TPS, pasti dampaknya akan besar. Kalau sudah begitu, pemerintah daerah bisa lebh fokus menangani TPA dan wilayah perkotaan. Karena desa sudah bisa mandiri menangani dan mengolah sampah di desanya masing-masing,” imbuhnya. (kir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -










VIDEO