spot_img
Senin, Juni 23, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMAngka Temuan TBC Tinggi di Mataram, karena Status Kota Rujukan

Angka Temuan TBC Tinggi di Mataram, karena Status Kota Rujukan

Mataram (Suara NTB) – Sebanyak 2.087 kasus Tuberkulosis (TBC) ditemukan di Kota Mataram sepanjang 2024. Hingga April 2025, tercatat 698 kasus. Dinas Kesehatan Kota Mataram menyebut tingginya angka ini mencerminkan sistem skrining dan pelaporan yang aktif.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. Emirald Isfihan, menyatakan bahwa tingginya angka temuan kasus TBC di Kota Mataram disebabkan oleh status kota Mataram sebagai daerah rujukan.

“Intinya kita ini rujukan, jadi pasti tinggi penemuan kasusnya. Temuan kasus tinggi ini artinya skrining kita aktif dan fasilitas yang ada mendukung penemuan kasus secara optimal,” ujarnya, Senin, 2 Juni 2025.

Data penemuan kasus TBC menunjukkan tren signifikan: pada tahun 2024 tercatat sebanyak 2.087 kasus, sementara pada tahun 2025 hingga bulan April telah ditemukan 698 kasus.

Menurutnya, setelah pasien terdiagnosis TBC, proses penanganan akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Jika kasus bersifat akut, pasien dirawat inap di rumah sakit. Setelah kondisinya membaik, pasien akan dirujuk ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan yang berlangsung minimal enam bulan.

“Terapi TBC tidak bisa singkat. Harus rutin, minimal enam bulan, dengan evaluasi berkala. Jadi kami melibatkan fasilitas kesehatan primer dan lanjutan dalam penanganannya,” jelasnya.

Saat ini, Dinas Kesehatan masih terus merekap data TBC untuk tahun 2025 melalui STB (Sistem Tuberkulosis), yang merupakan sistem nasional pelaporan kasus TBC. Data dari sistem tersebut akan ditarik dan diperbarui secara rutin.

Ia menerangkan bahwa penyebab utama TBC adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Namun, faktor risiko yang memperburuk penyebaran antara lain daya tahan tubuh rendah, kebiasaan merokok, serta kondisi lingkungan yang buruk.

“Perilaku hidup bersih sangat penting. Batuk tidak ditutup, buang dahak sembarangan, lingkungan padat dan tertutup tanpa sirkulasi udara, semua itu bisa mempercepat penyebaran,” terangnya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap gejala TBC, terutama batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu. “Kalau ada gejala seperti flu yang tidak kunjung sembuh, apalagi batuk lama, segera periksa. Dan kalau sedang sakit, gunakan masker,” tambahnya.

Emirald juga mengingatkan bahwa laki-laki memiliki risiko lebih tinggi terkena TBC dibanding perempuan, terutama jika disertai kebiasaan merokok. “Kami rutin melakukan sosialisasi. Teman-teman di pelayanan kesehatan juga terus memberikan edukasi kepada masyarakat yang datang dengan keluhan pernapasan,” pungkasnya. (hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -










VIDEO