Selong (Suara NTB) – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lombok Timur (Lotim) menggelar Lomba Bertutur dengan peserta anak-anak Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sederajat. Acara lomba ini digelar di Aula DPK Lotim selama dua hari, Selasa, 17 Juni 2025 dan Rabu, 18 Juni 2025 hari ini. Lomba bertutur ini mengangkat tema Cerita Rakyat Bermuatan Lokal.

Acara lomba bertutur dibuka Asisten II Sekretariat Daerah Kabupaten Lotim, Hadi Fathurrahman. Dalam sambutannya, Hadi Fathurrahman mengapresiasi DPK yang mengelar kegiatan yang sangat menarik dan menjadi salah satu media untuk menumbuhkembangkan semangat belajar anak-anak didik yang masih duduk di sekolah dasar sederajat.
Lomba bertutur ini sangat luar biasa, karena akan merangsang secara spontan anak-anak untuk banyak membaca. Setelah membaca, maka akan menguatkan pemahamannya dan menceritakan atau bertutur tentang apa yang dibaca.
Anak-anak pasti akan mampu menceritakan apa yang dibaca dan mengekspresikan liteasi yang dibaca. Menurut Hadi, perkembangan teknologi saat ini membuat perilaku anak banyak terjebak pada gadget. Hal itu katanya membuat miris. Anak-anak tidak terbiasa ditanya tentang materi yang telah disampaikan. Apalagi bercerita soal pengalamannya sangat jarang sekali.
Bertutur bisa sebagai sarana untuk membiasakan anak anak untuk improvisasi. Anak-anak memang seharusnya dididik untuk bisa bercerita, karena akan menambah wawasannya. Anak-anak tidak boleh dibungkam dan dilarang untuk improvisasi pengalaman dan pengetahuannya.
“Mari biasakan anak untuk membaca dan bercerita apa yang telah dibaca, anak yang bisa bertutur ini adalah mereka yang sudah sering membaca meningkatkan literasi dan wawasannya,” ucap Hadi. Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) pada anak memang harus ditingkatkan terus.
Kepala DPK Lotim, H. Mugni menguraikan, kegiatan Lomba Bertutur Anak SD/MI sederajat digelar dalam rangka mewujudkan indikator kinerja kunci meningkatkan TGM dan juga Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM).
Kegiatan yang digelar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik itu sengaja mengangkat tema lokal. Di mana, tujuannya untuk mencari dan menggali kearifan lokal yang melekat di tengah masyarakat.
Melalui kegiatan lomba bertutur tingkat SD ini diharapkan sebenarnya dapat menjadi ajang evaluasi bagi para pendidik di tingkat satuan pendidikan. Baik di Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah. Adapun jumlah peserta yang ikut pada kegiatan tersebut ada 50 orang. Sengaja dibagi masing-masing 25 orang perhari dan selesai digelar dua hari.
Ke depan, kegiatan serupa ini bisa digelar kembali dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Kata Mugni, tidak saja 50 tapi mungkin bisa sampai 500 orang. Lebih banyak peserta yang ikut akan lebih baik.
Hadiahnya cukup besar dan bisa mengalahkan lomba-lomba berkelas lainnya. Juara I Rp 4,5 juta, Juara II Rp 3,75 juta, Juara III Rp 2,75 juta, Juara IV Rp 1,750 juta, juara V Rp 1,25 juta dan juara VI Rp 1 juta. Semua juara diberikan piagam, pigura dan piala bergengsi.
Kegiatan ini pun terlihat cukup antusias diikuti oleh peserta. Para penutur cilik ini terlihat cukup piawai menuturkan materi yang telah disiapkannya masing-masing. H. Mugni menyebut, peserta sengaja dipilih anak-anak SD sederajat guna membangun minat baca sejak dini.
Peserta lomba bertutur ini diambil dari kelas IV dan kelas V SD sederajat. Anak-anak juga diharapkan bisa termotivasi untuk belajar dan terus membaca buku-buku. Tema lokal diangkat dengan harapan untuk mendokumentasikan tradisi lokal yang ada di tengah masyarakat.
Menurut Mugni, selama ini cukup banyak sebenarnya tradisi lokal masyarakat namun tidak terdokumentasikan dengan baik. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat menjadi aksi nyata mendokumeniasikantradisi lokal yang ada tersebut. “Dibaca dari tulisan-tulisan lalu dituturkan,” demikian. (rus/*)