Mataram (Suara NTB) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap dua penyakit yang ditularkan melalui tikus, yakni virus Hanta dan Leptospirosis. Kedua penyakit ini menjadi perhatian, terutama di saat hujan dan kondisi lingkungan yang lembab serta kurang bersih.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. H.Emirald Isfihan, mengatakan bahwa penularan bisa terjadi melalui kotoran maupun urin tikus. “Untuk tikus itu, selain virus Hanta, ada juga namanya Leptospirosis. Itu biasanya dari kencing tikus. Kita harus jaga sekali sanitasi, karena biasanya ada campuran dari kotoran tikus,” ujarnya, Jumat, 4 Juli 2025.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang terdapat dalam urin hewan terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, dan babi. Bakteri ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang lecet atau luka, bahkan melalui kulit sehat apabila kontak terjadi cukup lama.
Menurut penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit di Salatiga, risiko penularan meningkat saat terjadi banjir atau genangan air, terutama jika ada luka di kaki atau tangan. Oleh sebab itu, Emirald mengingatkan agar warga menghindari kontak langsung dengan air kotor, terutama saat banjir.
“Kalau melakukan kontak, jangan langsung dengan kaki dan tangan terbuka. Karena kalau ada luka dan segala macamnya, bisa menjadi akses masuk ke tubuh kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa makanan yang dikonsumsi pun bisa saja terkontaminasi apabila tikus berkeliaran di rumah. Untuk itu, ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah.
“Konsumsi makanan kita juga bisa saja terkontaminasi kalau tikus banyak berkeliaran di area rumah. Makanan yang tercemar oleh tikus itu berbahaya,” katanya.
Tikus, menurutnya, cenderung tinggal dan berkembang biak di tempat-tempat yang kotor, gelap, dan dekat sumber makanan seperti sisa-sisa bahan makanan.
“Upaya kebersihan kita di rumah itu ditingkatkan. Perbaikan pola hidup yang bersih dan sehat. Tikus ini mencari tempat-tempat yang kotor, seperti di tempat sisa-sisa makanan. Atau di sudut-sudut rumah yang tidak terkontrol. Jadi upaya untuk membuat rumah bersih dan tertata itu menjadi harapan kita,” jelasnya.
Selain leptospirosis, virus Hanta atau Hantavirus pulmonary syndrome (HPS) juga merupakan penyakit yang perlu diwaspadai. Virus ini termasuk dalam keluarga virus yang menyebar melalui kotoran, air kencing, atau gigitan tikus dan hewan pengerat lainnya.
Virus Hanta bisa menyebabkan infeksi serius, termasuk demam berdarah dengan sindrom ginjal (HFRS) dan sindrom gangguan pernapasan akut (HPS). Gejala awalnya mirip flu, seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, tubuh terasa sangat lemas, hingga mata atau tubuh menguning.
Data Kementerian Kesehatan per 19 Juni 2025 mencatat delapan kasus virus Hanta di Indonesia. Seluruh pasien sembuh, namun belum tersedia pengobatan khusus yang secara langsung menargetkan virus ini. Penanganan bersifat suportif, yakni dengan meredakan gejala dan menjaga fungsi organ tubuh pasien. Karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak mengabaikan ancaman penyakit ini.
Meski penyakitnya tergolong berbahaya, Emirald memastikan bahwa fasilitas kesehatan telah siap memberikan penanganan apabila ada warga yang terpapar. “Pengobatan sudah ada dan sudah lama. Sekarang tinggal menuju ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan dan diberikan terapi yang sesuai,” tutupnya.
Langkah pencegahan dinilai jauh lebih penting. Pemerintah Kota Mataram berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga sanitasi, menutup akses tikus masuk ke rumah, serta mengenali gejala-gejala sejak dini sebagai bentuk kesiapsiagaan bersama terhadap ancaman penyakit zoonosis di lingkungan tempat tinggal.(hir)