spot_img
Senin, Juli 14, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMHilangkan Label ‘’Sekolah Favorit’’

Hilangkan Label ‘’Sekolah Favorit’’

UPAYA pemerataan pendidikan di Mataram akan terus dilakukan, namun keberhasilan upaya tersebut  tidak hanya bergantung pada kebijakan, melainkan juga pada perubahan pola pikir masyarakat secara menyeluruh.

Demikian disampaikan Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Mataram, Nyayu Ernawati, S.Sos., menjawab Suara NTB melalui sambungan telepon, Minggu, 6 Juli 2025.

Bagaimana tidak, persepsi masyarakat yang masih menganggap adanya “sekolah favorit” menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pemerataan mutu pendidikan di Kota Mataram. Meskipun Dinas Pendidikan Kota Mataram telah berupaya mendistribusikan guru-guru berkualitas secara merata, stigma terhadap sekolah favorit masih mengakar kuat di kalangan orang tua murid.

Banyak orang tua tetap memilih menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang dianggap unggulan di pusat kota, meskipun mereka tinggal jauh dari lokasi sekolah tersebut. Hal ini kerap menimbulkan masalah, terutama dari sisi biaya transportasi dan beban ekonomi keluarga.

“Padahal di lingkungan tempat tinggal mereka sudah ada sekolah yang kualitasnya tidak kalah. Tapi karena label ‘sekolah favorit’, mereka tetap memaksakan anaknya ke sekolah yang jauh,” ungkap politisi PDI Perjuangan ini.

Menurut Nyayu, masyarakat sendiri yang membentuk pola pikir bahwa hanya sekolah tertentu saja yang layak dipilih, sementara sekolah lain dianggap sebagai sekolah “pinggiran”, meskipun secara kualitas sudah ditingkatkan.

Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kota Mataram sebenarnya telah melakukan sejumlah langkah, seperti rotasi guru-guru berkualitas dan program peningkatan fasilitas di berbagai sekolah. Namun, mindset masyarakat yang mengutamakan gengsi dan ikut-ikutan menjadi salah satu hambatan utama.

“Kadang anak-anak ikut-ikutan teman. Temannya masuk ke sekolah tertentu, dia ikut juga. Padahal belum tentu itu yang terbaik untuknya. Di sisi lain, banyak orang tua yang memaksakan diri secara ekonomi, padahal tidak mampu,” tambah Nyayu.

Anggota dewan dari daerah pemilihan Ampenan ini berharap ke depan tidak ada lagi anggapan adanya sekolah unggulan dan sekolah pinggiran. Jika semua pihak dapat berpikir lebih terbuka, pemerataan pendidikan dapat tercapai dan kualitas siswa tidak lagi ditentukan oleh lokasi sekolah.

“Sekolah-sekolah di pinggiran kalau diberi kesempatan dan dukungan, bisa sama bagusnya. Kita harus hilangkan label sekolah favorit dan mulai berpikir tentang pemerataan dan kebutuhan anak-anak kita,” pungkasnya. (fit)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO