Kota Bima (Suara NTB) – Sejumlah siswa beserta keluarganya dan guru di SDN 11 dan SDN 42 Kota Bima diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan pada Kamis (9/10/2025) pagi. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kota Bima kini menelusuri sumber penyebab kasus tersebut.
Dari informasi yang dihimpun, sebanyak 11 siswa SDN 11 dan 12 siswa SDN 42 Kota Bima mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare pada Kamis sore hingga malam hari. Para korban langsung dilarikan ke RSUD Kota Bima dan RS TNI Angkatan Darat untuk mendapatkan perawatan medis.
Namun hasil penelusuran lanjutan menunjukkan bahwa sebagian besar korban bukan penerima manfaat MBG langsung di sekolah. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Dikpora Kota Bima, H. Mahfud. Ia menjelaskan, kasus ini diduga terjadi karena menu MBG dibawa pulang oleh siswa dan dikonsumsi oleh anggota keluarga di rumah.
“Sepertinya mereka konsumsi MBG yang dibawa pulang oleh siswa tersebut. Karena siswa yang terkena dampak hanya lima orang, selebihnya orang tua, guru, dan saudara dari siswa,” jelasnya saat dikonfirmasi pada Senin (13/10/2025).
Mahfud menuturkan, usia korban bervariasi antara 4 hingga 48 tahun. Mereka berasal dari Kelurahan Monggonao, Manggemaci, Penatoi, dan Sadia. Dari total 11 orang yang sempat dirawat, hanya satu orang yang masih berada di RSUD Kota Bima hingga Minggu sore, dan kondisinya dilaporkan membaik.
“Tinggal satu orang yang masih dirawat. Dia juga sudah sembuh, tinggal pulang saja. Yang lain sudah pulang,” tambahnya.
Sementara itu, hasil pengecekan di SDN 42 Manggemaci memastikan tidak ada siswa yang mengalami keracunan akibat MBG. Kepala sekolah menegaskan bahwa seluruh siswa penerima manfaat dalam kondisi sehat.
Dugaan kuat mengarah pada menu MBG yang disimpan terlalu lama atau dikonsumsi tidak sesuai waktu penyajian. Mahfud menjelaskan, menu MBG disiapkan sejak pagi oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan seharusnya dikonsumsi langsung di sekolah.
“Makanan MBG itu disiapkan sejak pagi sekali, untuk dikonsumsi oleh siswa di sekolah, bukan dibawa pulang,” tegasnya.
Ia menambahkan, koordinator wilayah pendidikan (Korwil) telah berkoordinasi dengan pihak dapur penyedia MBG dan SPPG terkait kejadian ini. Dikpora juga sudah melaporkan kepada Sekda Kota Bima, dan akan menjadwalkan rapat bersama seluruh pemangku kepentingan untuk membahas langkah antisipatif agar kasus serupa tidak terulang.
Mahfud juga menyebut, dari total 18 dapur pengelola program MBG di Kota Bima, baru empat yang mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) dari Dinas Kesehatan. Meski seluruh penjamah makanan telah mengikuti pelatihan, sertifikasi kelayakan masih dilakukan secara bertahap.
“Yang sudah dilatih penjamah makanan 18 SPPG, tapi yang sudah dapat SLHS baru empat,” ungkapnya.
Pemerintah Kota Bima berencana meninjau kembali mekanisme distribusi dan pengawasan higienitas MBG, agar program unggulan tersebut tetap berjalan aman dan memberi manfaat maksimal bagi siswa tanpa menimbulkan risiko kesehatan. (hir)

