Mataram (Suara NTB) –Sejumlah jemaah ditengarai mengalami gejala dimensia saat ditemukan petugas haji berupa lupa arah jalan pulang. Demensia adalah kondisi penurunan kemampuan berpikir dan ingatan seseorang yang umumnya terjadi pada lansia atau usia 65 tahun ke atas.
Kondisi ini sangat dimungkinkan mengingat jemaah lansia pada musim haji tahun ini cukup banyak. Jumlahnya mencapai sekitar 45 ribu orang. Hal ini dikonfirmasi dengan temuan Tim Media Center Haji (MCH) yang sering menjumpai dan mengantarkan jemaah haji lansia dan disinyalir menderita gejala dimensia.
Kepala Seksi Layanan Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH dr. Leksmana Arry Chandra mengatakan, ada jemaah lansia yang mengalami kelupaan saat sedang menunaikan ibadah haji, baik lupa nama, keluarga, atau merasa dirinya masih berada di kampung halaman.
“Gangguang ini secara umum dipicu oleh dua hal, baik karena faktor sosial atau psikososial maupun faktor pribadi atau psikologis. Selain itu juga dipicu oleh faktor biologis,” urai dokter yang sehari-hari bertugas di Daerah Kerja (Daerah Kerja) Madinah ini.
Gangguan jiwa jenis ini juga biasanya dipicu faktor genetik. “Mereka sudah memiliki potensi gangguan kejiwaan, kemudian kambuh lagi setibanya di Arab Saudi,” ungkapnya di Madinah, Senin (21/5) kemarin dikutip dari laporan resmi kemenag.go.id.
Demensia biasanya diikuti dengan gangguan cara berpikir, seperti disorientasi tempat, disorientasi waktu, dan disorientasi orang-orang di sekitarnya. Gejala yang bisa terlihat di awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami. Kemudian, sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya.
“Jemaah yang mengalami demensia perlu diberikan stimulasi kognitif. Misalnya dengan mengajak pasien ngobrol dan bersosialisasi, atau melakukan pendampingan terhadap pasien untuk mencegah terjadinya demensia,” ujarnya.
Setelah pasien pulih, tetap perlu pendampingan. Sebab, demensia sewaktu-waktu bisa muncul terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi. Bagi jemaah lansia sangat disarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji. Hal itu dapat memicu kelelahan ataupun terjadi dehidrasi akibat paparan cuaca panas di Arab Saudi.
“Jemaah Lansia memang masih bisa kita cegah terjadinya demensia. Artinya, perlu mewaspadai gejala dimensia. Jangan sampai menimbulkan gejala disorientasi. Salah satu pencegahannya adalah dengan stimulasi kognitif. Caranya bisa dengan mengajak jemaah haji itu bercerita,” ujar dr Leks.
“Para pendamping jemaah diimbau untuk selalu mengajak mereka bersosialisasi, berdoa, zikir bersama, kemudian hindari yang bisa menyebabkan jemaah lansia menjadi lelah,” imbuhnya.
Jumlah JCH prioritas lansia di Embarkasi Lombok tahun 2024 lebih dari 200 orang dari total kuota sebanyak 4.786 jemaah. Mereka rata-rata masuk dalam kategori risko tinggi (Risti) kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Dr. dr H. Lalu Hamzi Fikri sebelumnya mengatakan, kelompok JCH Risti asal NTB tahun ini mencapai 83,8 persen .
Risti memunculkan risiko untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi selama berlangsungnya proses ibadah haji. Sehingga tenaga kesehatan yang menjadi petugas haji akan tetap memantau kesehatan para jemaah.
“Sekarang ini hampir 80 persen jemaah haji kita punya faktor risiko, terutama risti. Kami melakukan identifikasi yang lansia dengan usia lebih dari 60 tahun rata-rata cukup tinggi kita di NTB,” kata H. Lalu Hamzi Fikri.
Masing-masing kelompok terbang (kloter) dilengkapi oleh satu orang dokter serta satu orang petugas medis yang bertugas untuk memantau kesehatan para jemaah, terutama dari kelompok lansia. Para petugas kesehatan akan mengantongi nama-nama jemaah yang berisiko tinggi agar mendapat perhatian prioritas. Beberapa penyakit yang banyak diderita jemaah antara lain diabetes mellitus dan penyakit dimensia.(ris)