spot_img
Rabu, Januari 22, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAM40 Rumah Warga Bintaro Sebaiknya Direlokasi

40 Rumah Warga Bintaro Sebaiknya Direlokasi

Mataram (Suara NTB) – Sejumlah 40 rumah warga di Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan terdampak gelombang pasang. Pemukiman warga mepet dengan bibir pantai. Penanganan jangka panjang sebaiknya warga direlokasi ke tempat lebih aman.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Irwan Rahadi dikonfirmasi akhir pekan kemarin mengatakan, warga di Kelurahan Bintaro sebelumnya telah disarankan untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman. Pasalnya, pemukiman warga yang terlalu dekat dengan bibir pantai memiliki resiko kebencanaan, sehingga jangka panjang bisa saja direlokasi. “Perlu dipersiapkan lahan dan dukungan dari masyarakat,” terangnya.

Selain itu sambungnya, perlu pendanaan dari daerah serta kesiapan dari masyarakat. Skenario penanganan jangka pendek adalah membangun tanggul sementara. Warga pesisir Pantai Ampenan sudah memahami kondisi itu. Untuk kepentingan jangka panjang kawasan sembilan kilometer Pantai Ampenan harus steril. “Sebenarnya mereka sudah mengetahui kondisi itu,” pungkasnya.

Banjir rob yang terjadi sejak akhir Desember 2024, berdampak terhadap ratusan rumah warga. Paling rentan atau rumah warga yang nempel dengan bibir sungai 35-40 unit.

Hj. Fatimah, warga Lingkungan Bugis, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan menuturkan, tempat tinggalnya rusak parah diterjang gelombang pasang beberapa pekan kemarin. Barang berharga miliknya berhasil dievakuasi, sehingga tidak ada kerugian materil. “Iya, ini tanah pemerintah, tetapi saya tetap bayar pajak setiap tahun,” tuturnya.

Ia mengenang posisi rumah yang ditinggali bersama anak dan menantunya sebelumnya jauh dari bibir pantai. Lambat laun gelombang pasang menghantam sedikit demi sedikit pemukiman warga dan tinggal tersisa rumahnya.

Karena kondisi rumahnya yang rusak parah, ia memilih mengungsi di rumah anaknya. “Sudah tidak bisa ditempati. Lihat sendiri sudah hancur semua karena ombak,” katanya sambil menunjuk bagian rumahnya yang rusak parah.

Hj. Fatimah terlihat berat meninggalkan rumah yang sudah puluhan tahun ditempati tersebut. Seandainya pemerintah merelokasi jaraknya harus tidak jauh dari tempatnya mencari nafkah setiap hari. “Biarkan sudah rumah ini saya pakai untuk memindang ikan,” tuturnya. (cem)

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO