spot_img
Sabtu, Maret 22, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEMuktamar XXXII IDI Tahun 2025 di Kota Mataram Sukses Digelar

Muktamar XXXII IDI Tahun 2025 di Kota Mataram Sukses Digelar

Mataram (Suara NTB) – Muktamar XXXII Ikatan Dokter Indonesia Tahun 2025 sukses digelar. Gawe Nasional ini berlangsung dari tanggal 12-15 Februari di Kota Mataram, yang dihadiri lebih dari 1.500 dokter anggota IDI sebagai delegasi dari masing-masing IDI Wilayah, cabang, perhimpunan dan keseminatan dari seluruh Indonesia.

Dengan tema Membangun Soliditas Dalam Beradaptasi untuk Mewujudkan IDI yang Berkemajuan, diharapkan IDI dapat menciptakan kekompakkan, tanggung jawab, dan keteguhan dalam beradaptasi menjalankan tugas.

Hal ini penting agar marwah organisasi yang baik dapat terus terjaga. Dengan soliditas juga, tujuan untuk membangun kemajuan dan perkembangan dalam bidang kesehatan dapat tercapai dengan baik dan mudah.

Adapun rincian kegiatan selama Muktamar XXXII IDI Tahun 2025 berlangsung, pada 12 Februari, dilaksanakan simposium dan welcome dinner. Kemudian tanggal 13 Februari, pembukaan muktamar, sidang pleno, dan sidang komisi. 14 Februari, digelar sidang lanjutan serta malam kesejawatan. Terakhir, 15 Februari, ada fun walk dan wisata.

Muktamar XXXII IDI Tahun 2025 dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kumham Imipas) Prof Yusril Ihza Mahendra di Hotel Lombok Raya Mataram. “Sungguh merupakan suatu kebanggaan dan kebahagiaan serta suatu penghormatan yang tinggi, atas kepercayaan dan kesempatannya,” kata dia.

Menurutnya, IDI merupakan organisasi profesi yang berbeda dengan organisasi masyarakat (ormas), perkumpulan, yayasan, apalagi dengan partai politik (parpol). Meski hingga saat ini, diakuinya, belum ada undang-undang tentang organisasi profesi. “Saya kira tugas pemerintah dalam periode sekarang ini merancang organisasi profesi itu, dan pembentukan organisasi profesi sebenarnya memang harus dilakukan dengan undang-undang, idealnya seperti itu,” jelasnya.

Sebuah organisasi profesi sudah seharusnya hanya ada satu, termasuk organisasi profesi dokter. Dimana organisasi profesi tersebut juga dapat menjalankan sebagian dari fungsi negara termasuk fungsi pengawasan.

Fungsi negara yang dimaksud Yusril, kendati masalah kesehatan adalah tanggung jawab negara, tetapi negara memerlukan orang-orang yang memiliki keahlian, kemampuan dan profesi di bidangnya, dan itu jelas tidak bisa diserahkan kepada orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan kedokteran.

Berikutnya, fungsi pengawasan, semestinya organisasi profesi diberi wewenaang yang berkaitan dengan surat izin praktek (SIP) serta pengawasan, penindakan, termasuk pemberian sanksi terhadap pelaku pelanggaran etik profesi.

Sehingga kedepannya, harus ada regulasi setingkat undang-undang yang mengatur pembentukan organisasi profesi, sebab sekali lagi, akan menjalankan dua tugas dan tanggung jawab tersebut. “Jadi alangkah baiknya jika ke depan kita memikirkan organisasi profesi akan seperti itu karena dia akan menjalankan sebagian fungsi negara,” ujar pakar hukum tata negara tersebut.

Di kesempatan itu, Yusril turut mengapresiasi kehadiran IDI. Menurutnya, IDI telah menjadi mitra strategis pemerintah yang sungguh sangat dibutuhkan untuk membantu menjaga ketahanan nasional.

IDI juga sangat dibutuhkan untuk membantu negara, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan, namun juga memberikan sentuhan profesionalisme yang mampu meningkatkan kualitas layanan secara signifikan, dan juga merupakan jembatan antara negara dengan masyarakat, memastikan kebutuhan publik terpenuhi dengan pendekatan berbasis keahlian dan standar profesional dan ini merupakan wujud pelayanan publik harus dilakukan oleh sebuah oleh sebuah organisasi profesi.

Selain itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro juga turut memberikan sambutan secara daring. Ia mengatakan di antara ribuan jenis pekerja yang ada saat ini, hanya pekerjaan dokter yang tidak akan tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI). Namun dokter yang tidak menggunakan AI bisa jadi akan tergantikan oleh dokter yang menggunakan AI.

“Indonesia kini sedang menghadapi tantangan strategis baru berupa perubahan iklim, perlambatan ekonomi global, terbatasnya waktu bonus demografi, disrupsi teknologi, kecerdasan buatan, serta ancaman pandemi baru,” jelasnya.

Menteri Satryo menambahkan pada Januari lalu, Kemdiktisaintek telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kerja sama meliputi seleksi penerimaan peserta didik dokter spesialis dan subspesialis dari fakultas kedokteran.

Peta jalan menuju Indonesia Sehat 2045, menurut Satryo, dimulai dari optimalisasi upaya preventif kesehatan masyarakat. Karenanya dibutuhkan sinergi sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan yang mumpuni. “Pendidikan kedokteran yang berkualitas dan relevan mutlak diperlukan sebagai solusi atas tantangan strategis bangsa Indonesia menuju Indonesia Emas dan Indonesia sehat,” kata Menteri Satryo.

Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IDI 2022-2025, Dr dr Moh Adib Khumaidi, SpOT memberikan apresiasi   atas kehadiran delegasi muktamar yang mencapai hampir 80 persen dari keseluruhan jumlah IDI Cabang. “Artinya IDI masih berhasil menjadi rumah bagi para dokter di tengah turbulensi dan banyaknya tantangan yang dihadapi organisasi,” ujarnya.

Dr. Adib mengingatkan IDI harus bertekad menjadi lebih baik. Seperti kutipan from the strong institution become the stronger institution, tantangan yang akan dihadapi IDI akan semakin besar sehingga kekompakan dan rasa memiliki diantara para anggotanya sangat dibutuhkan, sebab IDI bukanlah organisasi yang lahir dari adanya kepentingan golongan tertentu.

“Tentunya di saat ini, ini adalah semua momentum yang kemudian sangat dirasakan sebuah proses, di tengah dinamika dan problematika dunia kesehatan saat ini, sehingga muktamar ini menjadi suatu keinginan juga dari teman-teman IDI cabang, berkomitmen untuk tetap solid dan kompak dalam satu rumah besar IDI,” paparnya.

Melalui Muktamar IDI XXXII Tahun 2025, dr Adib menegaskan bahwa IDI siap menjadi mitra strategis, mendukung berbagai program pemerintah, memberikan saran dan masukan kepada pemerintah yang terkait bidang kesehatan. Secara akademis dan intelektual. “Karena IDI adalah organisasi profesi yang berisikan dan mengedapankan intelektualisme, akademis dan profesional,” imbuhnya.

IDI siap beradaptasi dengan regulasi dan kondisi global saat ini, dengan menyiapkan para anggota untuk siap berkompetisi. IDI akan terus berkomitmen agar rakyat Indonesia senantiasa mencinta dokter Indonesia.

“Karena kita saat ini dihadapkan dengan suatu kondisi sehingga kecintaan dan kepercayaan rakyat Indonesia kepada dokter Indonesia semakin meyakinkan kami, untuk terus mengabdi bagi rakyat Indonesia,” tandasnya.

Gelaran Muktamar ke-32 IDI tahun 2025 ini untuk pertama kalinya dihadiri oleh Ketua Umum World Medical Association (Asosiasi Organisasi Profesi Dokter Sedunia) yang saat ini dijabat oleh Dr Ashok Zachariah Philip. Selain Dr Ashok, hadir juga Ketua Umum Konfederasi Asosiasi Medis Asia-Pasifik (CMAAO) yang dijabat oleh Prof Dr Maria Minerva Calimag, PhD, Ketua Umum Malaysia Medical Association yang dijabat oleh Dr Kalwinder Singh Khaira, serta Ketua Umum Medical Association of Thailand yang dijabat oleh Prof. Dr Prakitpunthu Tomtitchong.

Kehadiran para keta umum dari berbagai asosiasi medis di dunia dan Asia Pasifik ini menunjukkan bahwa organisasi dunia hanya mengakui IDI sebagai satu-satunya organisasi profesi dokter medis dari Indonesia. “Kami hanya mengakui stau organisasi profesi dari setiap negara, dan dari Indonesia, kami hanya mengakui IDI yang telah memiliki sejarah panjang bersama kami,” tegas Dr Ashok.

Ketua IDI Kota Mataram dr H Emirald Isfihan mengatakan Muktamar IDI XXXII Tahun 2025 telah menghasilkan sejumlah rekomendasi, saran dan masukan baik untuk internal dan pihak eksternal IDI.

“Untuk internal, kami mengesahkan AD-ART (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga-red) yang menjadi acuan dan pedoman organisasi tiga tahun kedepan. Secara umum tidak terjadi perubahan yang signifikan tetapi kami mengesahkan bahwa pemilihan ketua akan dilakukan secara langsung, yang sebelumnya adalah president elect,” jelasnya.

Selain itu, penguatan komitmen di internal IDI, harus bisa beradaptasi dengan kebijakan pemerintah, perkembangan zaman, dan kemajuan teknologi, serta memperkuat profesionalisme dan soliditas anggota.

Rekomendasi eksternal, tentu berbicara perihal permasalahan dan kebijakan nasional secara menyeluruh. Bagaimana pemerataan tenaga kesehatan itu harus dilakukan hingga akses pendidikan dokter.

Kemudian dari aspek hukum, dr Emirald mengungkapkan organisasi profesi kedokteran adalah tunggal, yaitu IDI. Seperti yang dijelaskan Menko Kumham Imipas Prof Yusril Ihza Mahendra. “Ini menjadi pedoman kita,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinkes Kota Mataram ini.

Dokter yang berhadapan dengan hukum juga menjadi perhatian. IDI kini telah memiliki Perhimpunan Dokter Ahli Hukum Kedokteran dan Kesehatan Indonesia (Perdahukki). Peran strategisnya adalah menyelesaikan sengketa medis.

“Lembaga ini memang menjadi bagian dari IDI dan itu akan kita maksimalkan perannya karena memang hampir semua IDI di cabang masing-masing telah memiliki dokter ahli hukum kesehatan dan kedokteran dan itu bisa mengawal dokter kita,” kata dia.

IDI juga memiliki Biro Hukum, Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A), bertugas dan berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan praktik kedokteran serta kesadaran hukum kedokteran atau kesehatan.

Dengan suksesnya gelaran Muktamar IDI XXXII Tahun 2025, dirinya berharap IDI Mataram dikenang sebagai tuan rumah yang profesional, ramah, dan mampu memberikan pengalaman berkesan bagi peserta.

“Dengan semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai luhur profesi, muktamar ini diharapkan menjadi momen inspiratif yang mempererat silaturahmi serta memperkuat semangat kolegialitas di antara seluruh anggota IDI,” tandasnya.

 Rangkaian kegiatan Muktamar ditutup pada 14 Februari 2025 melalui kegiatan Malam Kesejawatan yang berlangsung meriah di area Hotel Lombok Raya. Pada kesempatan tersebut Dr. dr. Slamet Budiarto, SH, MH.Kes selaku Ketua Umum PB IDI 2025-2028 mengungkapkan rasa Syukur dan bangganya atas terselenggaranya Muktamar XXXII IDI di Kota Mataram dengan sukses dan lancar.

“Alhamdullillah hari ini kita melaksanakan malam kesejawatan sekaligus penutupan  Muktamar IDI di Kota Mataram. Saya sangat bersyukur dan bangga karena seluruh rangkaian acara berjalan dengan lancar, tanpa adanya dinamika yang berarti. Ini semua menunjukkan rasa kesejawatan yang tinggi diantara peserta muktamar” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan rasa terimakasih atas dukungan pemerintah Kota Mataram khususnya Wali Kota Mataram, wakil Walikota dan Ketua DPRD Kota Mataram yang telah mendudukung penuh terselenggaranya acara muktamar. Ia tidak lupa mengungkapkan kekagumannya akan keindahan dan kenyamanan Kota Mataram.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Mataram, TGH Mujiburrahman turut menyampaikan rasa bangganya atas terpilihnya Kota Mataram sebagai tuan rumah Muktamar XXXII IDI serta berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat besar bagi profesi dokter, Masyarakat dan bangsa Indonesia.

“Setelah seluruh kegiatan rapat komisi, pleno dan sebagainya, jangan sampai lupa untuk menyempatkan mengunjungi wisata-wisata andalan di Kota Mataram, baik itu kuliner, maupun objek wisata lainnya,” pungkasnya.

Keesokan harinya, 15 Februari 2025 para delegasi mengakhiri rangkaian kegiatan Muktamar XXXII IDI ini dengan kegiatan Fun walk menuju Taman Sangkareang, wisata budaya, dan kunjungan ke Sirkuit Mandalika serta ke pusat oleh-oleh di Pulau Lombok. Testimoni para peserta sangat mengapresiasi Kota Mataram sebagai tuan rumah Muktamar XXXII IDI kali ini. Banyak diantara para dokter ini yang memuji kinerja panitia daerah, dukungan pemerintah kota dan pemerintah daerah yang luar biasa hingga kenyamanan venue tempat kegiatan berlangsung.

RESOLUSI MATARAM

Kami Dokter Indonesia berkomitmen:

  1. Sebagai Dokter Pengabdi dalam upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

2.Sebagai Dokter Mitra Strategis Presiden Republik Indonesia dalam menjalankan program-program kesehatan yang berorientasi pada pemenuhan dan pemerataan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

  1. Sebagai Dokter Pejuang yang selalu berada di garis depan dalam penguatan ketahanan kesehatan bangsa dalam situasi bencana, wabah dan keadaan khusus serta berpartisipasi untuk kesehatan masyarakat dunia.
  2. Sebagai Dokter Pendidik yang inovatif dalam pengembangan keilmuan kedokteran dan selalu berupaya mencerdaskan bangsa dalam bidang kesehatan.

5.Sebagai Dokter Beretika yang memegang teguh nilai etik, moral dan nilai kesejawatan dalam rumah besar Ikatan Dokter Indonesia sebagai landasan utama dalam menjalankan profesi dokter yang mulia dan terhormat (nobile officium).

Mataram, 15 Februari 2025. (ris/*)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO