spot_img
Minggu, April 27, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMPerayaan Lebaran Topat, Momentum Merawat Tradisi dan Marwah Masyarakat Sasak

Perayaan Lebaran Topat, Momentum Merawat Tradisi dan Marwah Masyarakat Sasak

Mataram (Suara NTB) – Pemerintah Kota Mataram merayakan Lebaran Topat pada, Senin, 7 April 2025. Kegiatan tahun ini diharapkan menjadi momentum untuk merawat tradisi dan marwah masyarakat Sasak di Pulau Lombok.

Perayaan Lebaran Topat di Kota Mataram dilaksanakan di dua lokasi. Yakni, Makam Bintaro, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan dan Makam Loang Baloq, Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela.

Pelaksanaan Lebaran Topat di Makam Bintaro dimulai sekitar pukul 08.52 WITA. Wali Kota Mataram, Dr. H. Mohan Roliskana berhalangan hadir dan diwakili Asisten Tata Praja dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram, H. Lalu Martawang.

Kehadiran Asisten I bersama Ketua DPRD Kota Mataram Abdul Malik, Kapolresta Mataram AKBP Hendro Purwoko serta pimpinan organisasi perangkat daerah disambut dengan atraksi barongsai dari Vamos Rinjani. Rombongan langsung berziarah dan berdoa di Makam Habeb Husen Bin Umar Al-Mashur.

Prosesi Lebaran Topat dilanjutkan dengan acara ngurisan (mencukur rambut balita,red) diiringi shalawat dari tamu undangan. Tradisi ini lazim ditemukan setiap tahunnya usai puasa enam hari di bulan Syawal.

Ketua Panitia Lebaran Topat Makam Bintaro, Rudy Herlambang menyampaikan, perayaan Lebaran Topat merupakan agenda rutin yang digelar setiap tahunnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat tali silaturahmi masyarakat serta merawat tradisi dan menjaga marwah masyarakat Sasak di Pulau Lombok. “Kegiatan ini melibatkan seluruh masyarakat Ampenan,” katanya.

Rudy memahami masyarakat di Ampenan terdiri dari berbagai latar belakang suku dan agama. Keberagamaan ini menjadi kunci utama untuk menjaga toleransi dan kerukunan. Prinsipnya perbedaan ini yang akan menyatukan.

Asisten I Setda Kota Mataram, H. Lalu Martawang menyampaikan, Lebaran Topat (Ketupat) merupakan salah satu warisan budaya yang kaya makna dan filosofi. Tradisi ini tidak hanya menjadi wujud syukur atas selesainya ibadah sunah syawal, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat. Filosofi ketupat yang menjadi ikon utama perayaan ini mengandung pesan mendalam. Dalam Bahasa Jawa, “Kupat” bermakna “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan. Hal ini mengajarkan untuk selalu rendah hati, saling memaafkan dan mempererat tali silaturahmi. “Anyaman janur pada ketupat melambangkan keterikatan sosial yang kuat dalam masyarakat,” terangnya.

Di era modern ini, pelestarian budaya menjadi tantangan tersendiri. Kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup sering kali membuat generasi muda kurang mengenal warisan budaya. Oleh karena itu, seluruh masyarakat memiliki tanggungjawab untuk menjaga dan merawat tradisi ini agar tetap Lestari.

Menurutnya, Lebaran Topat memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Dengan kemeriahan dan keunikan yang dimilikinya, perayaan ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Mataram, TGH. Mujiburrahman turut menghadiri perayaan lebaran ketupat di Makam Loang Baloq. Wawali menyampaikan, tradisi lebaran ketupat ini menjadi ajang silaturahmi antar masyarakat, khususnya di Kota Mataram serta sebagai momentum rekreasi. Acara tersebut juga diminta tetap dilaksanakan karena pentingnya melestarikan budaya dan tradisi lokal yang sudah turun temurun.

“Saya mewakili Pemerintah Kota Mataram mengapresiasi kegiatan-kegiatan positif yang biasa menjadi sarana silaturahmi warga masyarakat dan sarana hiburan di Kota Mataram,” ungkapnya.

Wawali meminta perayaan lebaran ketupat agar dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya. Selain itu, ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga keamanan dan kebersihan lokasi wisata. “Saya ucapkan terima kasih kepada panitia penyelenggara dan apresiasi setinggi-tingginya. Dan kita semua juga ingin, agar tetap menjaga kebersihan wisata,” lanjutnya. (cem/pan)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO