FENOMENA urbanisasi musiman kembali terjadi usai perayaan Idulfitri. Setiap tahunnya. Banyak masyarakat dari daerah, khususnya kawasan pedesaan, berbondong-bondong menuju kota besar dengan harapan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Meski menjadi ‘’tradisi’’ tahunan, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri, terutama jika tidak dibarengi dengan perencanaan yang matang.
Wakil Ketua DPRD Kota Mataram, Hj. Istiningsih, S.Ag., kepada Suara NTB di DPRD Kota Mataram, Kamis, 10 April 2025 menyampaikan, bahwa fenomena ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. “Setelah lebaran, biasanya banyak pendatang dari kampung yang ingin merantau ke kota. Alasannya beragam, tapi sebagian besar ingin mencari kerja,” ujarnya.
Namun, ia menekankan bahwa keinginan tersebut perlu dibarengi dengan persiapan yang cukup. “Bukan sekadar ingin coba-coba atau cari pengalaman. Minimal harus sudah tahu akan tinggal di mana dan pekerjaan apa yang akan dilakukan,” tambahnya.
Menurut Isti, banyak pendatang yang datang tanpa keahlian dan bekal yang cukup. Hal ini justru berisiko menambah angka pengangguran dan menimbulkan masalah sosial baru di kota. “Kalau tidak ada tempat tinggal, tidak punya saudara, dan tidak punya pekerjaan, akhirnya bisa terlantar di jalan. Ini yang kami khawatirkan,” katanya.
Ia mencontohkan kondisi masyarakat pesisir yang mayoritas awalnya juga pendatang, namun mereka datang dengan tujuan jelas. “Misalnya ingin jadi pelaut atau nelayan. Jadi ketika datang, mereka sudah tahu apa yang akan dilakukan dan punya keterampilan yang dibutuhkan,” ungkap anggota dewan dari daerah pemilihan Ampenan ini.
Fenomena gelombang pendatang pasca-Lebaran ini memang tidak bisa dihindari, karena menjadi bagian dari dinamika sosial masyarakat. Namun, ia menekankan pentingnya edukasi dan kesadaran dari para calon perantau agar tidak berpikir instan. “Pindah rumah saja kita perlu persiapan, apalagi pindah ke daerah baru yang belum kita kenal,’’ ucapnya.
Ia pun mengimbau agar masyarakat yang ingin merantau ke kota benar-benar mempersiapkan diri, baik secara mental, finansial, maupun keterampilan. “Jangan sampai nasibnya di kota justru lebih buruk dari di kampung halaman. Punya bekal itu penting, baik bekal fisik maupun gambaran jelas tentang masa depan,” pungkasnya. (fit)