spot_img
Kamis, Mei 15, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEHindari Penumpukan di Pelabuhan di Gili Mas

Hindari Penumpukan di Pelabuhan di Gili Mas

Mataram (Suara NTB) – Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, menyoroti permasalahan peternak NTB khususnya di Pulau Sumbawa, dalam proses pengiriman sapi ke luar daerah yang selalu menumpuk di pelabuhan. Ia menegaskan perlu adanya pengaturan jadwal pengiriman yang lebih tertib guna menghindari penumpukan ternak baik di Pelabuhan Kayangan Poto Tano, maupun pelabuhan Gili Mas.

Kita sudah tambah frekuensi kapal, dari tiga hari sekali menjadi dua hari sekali. Tapi memang agak susah mengatur keberangkatan peternak dari Bima, ujarnya, Sabtu, 19 April 2025.
Iqbal menekankan lebih baik ternak tersebut tetap berada di Pulau Sumbawa, khususnya Bima daripada terjadi penumpukan di Gili Mas. Hal ini mempertimbangkan ketersediaan pakan dan fasilitas yang lebih memadai di Bima dibandingkan di pelabuhan.

Sebagai langkah antisipasi terjadinya penumpukan, mantan Duta Besar RI untuk Turki ini telah meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk menyiapkan dokter hewan di Gili Mas dan Lembar. Selain itu, BPBD juga diminta menyiagakan tangki air. Ia juga memerintahkan pemanenan rumput gajah dari kebun pakan di Banyumulek sebagai persediaan darurat.

Kita harus menyiapkan payung sebelum hujan. Mudah-mudahan ikhtiar ini bisa mencegah krisis berikutnya, tambahnya.

Adapun di tahun ini, menurut Iqbal, untuk kemudahan peternak, NTB sudah menyediakan pelayanan PCR di NTB setelah selama bertahun-tahun para peternak harus membawa ternaknya ke Bali mendapatkan layanan tersebut.

Kendati demikian, PR lainnya yang mesti diselesaikan ialah tantangan mengatur jadwal pengiriman ternak. Sebab, per Sabtu, 19 April 2025, terjadi penumpukan ternak sapi di Pelabuhan Gili Mas. Bahkan, 14 ekor sapi mati sebab antrean panjang di pelabuhan tersebut.

Sementara, ratusan ekor sapi dalam kondisi lemah sebab terjadi penumpukan. Diketahui, antrean truk pengangkut sapi terus bertambah. Terdapat lebih dari 200 truk kini tertahan. Sementara, kapal pengangkut yang hanya tersedia satu unit besar hanya berkapasitas 50 truk dengan kapal kecil berkapasitas 17 truk.

Didesak Tambah Kapal
Sementara itu, Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal didesak segera mengambil langkah cepat terkait antrean panjang truk pengangkut ternak yang menunggu kapal di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat. Salah satunya menambah armada atau kapal pengangkut untuk mengurai penumpukan truk tronton pengangkut sapi asal Bima yang hendak dikirim ke daerah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).

Pasalnya, hingga Minggu (20/4) sebanyak 160 truk tronton masih antre dan 14 ekor sapi yang mati akibat kepanasan, dehidrasi dan kekurangan pakan. Koordinator Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Bima Indonesia, Furkan Sangiang, menerangkan kondisi terkini ternak sapi yang masih antre di Pelabuhan Gilimas Lembar mencapai seratusan lebih. Ternak sapi dalam kondisi kritis, stres, dan kurus akibat terlalu lama antre di pelabuhan.

Di tengah kondisi ini, ia dan peternak lain tidak tahu lagi mau mengadu kemana. Sehingga ia sangat berharap dengan kondisi seperti ini, Gubernur NTB segera membantu dan datang menemui para peternak.

Dan kami sangat berharap ada koordinasi yang baik terkait penambahan armada kapal, karena masih ada 160 truk yang tertahan dan 14 ekor yang mati sampai saat ini,”terangnya. Ia berharap pada malam harinya ada yang dimuat menyeberang sebanyak 45 truk tronton.

Terkait berapa jumlah armada kapal melayani pengangkutan ternak, ia mengaku belum tahu persis. Yang jelas, ia mendapatkan informasi tiap tiga hari ada satu kapal yang melanyani pengangkutan 45 Truk tronton. Selama sehari, itu ada 5 truk hingga 15 truk yang kadang naik kapal. Ini menurutnya tidak bisa cepat mengurangi kepadatan.

Sementara, 160 truk tronton ini pun belum ditambah dengan yang akan datang lagi yang jumlahnya ratusan Truk. “Yang ada saja ini lebih dari seminggu mereka disini,”

.
Untuk itu pihaknya sangat berharap armada kapal segera ditambah. Mengingat kondisi peternak yang sangat khawatir dengan sapinya sudah banyak mati dan mulai kurus kekurangan pakan. Peternak mesti membeli pakan untuk kebutuhan selama antre di sana. Sehingga ia pun berharap ada bantuan pakan dari pemerintah. Sedangkan untuk air ada suplai dari Damkar Lobar dan beberapa pihak dibantu oleh DPRD Lobar Dr. Syamsuriansyah.

Belum lagi, peternak harus membeli makanan untuk dirinya, sehingga menambah beban biaya operasional yang dikeluarkan. “Mereka masih terkatung-katung di Gili Mas, karena itu kami berharap kepada para pihak bantulah kami yang kondisi kritis,”harapnya. Itupun kalau sapinya bisa diberangkatkan, butuh waktu 1-2 Minggu untuk recovery untuk penggemukan lagi. Sebab kalau sapi masih kondisi kurus, maka akan memengaruhi nilai jual ternak itu. Sehingga peternak pun mengeluarkan biaya lagi untuk recovery. Semua biaya ini pun ditanggung oleh peternak.

Untuk diketahui kata dia, Sapi Bima di Jabodetabek menjadi primadona sehingga jumlah sapi yang dikirim ke Jabodetabek mencapai 13-16 ribu setahun. Kalau harga terkecil Rp13 juta per ekor, maka ada ratusan miliaran yang dihasilkan dari jual ternak itu. “Itu dipakai untuk hidup sehari-hari dan pendidikan oleh peternak. Tentu dengan potensi ini harus ada upaya konkrit dari pemerintah, salah satu koordinasikan armada kapal ini, harapnya. (era/her)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO