BANK Indonesia (BI) NTB memiliki keyakinannya bahwa angka kemiskinan di NTB akan semakin mendekati angka 10 persen pada tahun 2025. Keyakinan ini didasarkan pada pertumbuhan ekonomi NTB yang dinilai masih berjalan dengan baik, terutama didorong oleh sektor pertanian yang kuat.
Kepala BI NTB, Berry A Harahap, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki peran signifikan dalam mengurangi kemiskinan, terutama di negara berkembang. Ia menjelaskan bahwa sektor pertanian di NTB memiliki korelasi erat dengan angka kemiskinan. Sehingga pertumbuhan sektor ini diharapkan dapat terus menekan jumlah penduduk miskin.
Pertumbuhan sektor pertanian ini memiliki hubungan yang erat dengan angka kemiskinan. Sehingga kami menduga bahwa laju penurunan penduduk miskin masih akan terjadi dan relatif kuat mendorong kebawah jumlah penduduk miskin. Penurunan angka kemiskinan di tahun 2025 kami kira akan semakin mendekati 10% ya, ujar Berry, akhir pekan kemarin.
Lebih lanjut Berry menjelaskan bahwa kebijakan pembatasan anggaran pemerintah lebih berdampak pada pengeluaran seperti perjalanan dinas dan rapat. Sementara anggaran untuk bantuan sosial cenderung meningkat dalam berbagai bentuk. Hal ini juga diyakini akan berkontribusi pada penurunan angka kemiskinan.
Ia menambahkan bahwa kondisi NTB berbeda dengan daerah lain di Jawa yang lebih mengandalkan sektor industri dan jasa. Tekanan ekonomi akibat ketidakpastian global, termasuk perang dagang, lebih dirasakan di Jawa karena mengganggu permintaan industri domestik. Meskipun NTB juga memiliki sektor tambang yang terdampak, sektor pertanian menjadi penopang utama daya beli masyarakat.
Dana pihak ketiga (DPK) seperti tabungan dan deposito masih tumbuh dengan baik, kredit perbankan juga tetap tumbuh. Sehingga dampak ketidakpastian global terhadap NTB relatif lebih kecil dibandingkan daerah lain di Jawa. Kemeriahan menjelang Lebaran juga menunjukkan daya beli yang masih kuat, terlihat dari ramainya pusat perbelanjaan dan toko pakaian, jelas Berry.
Cuaca yang mendukung juga menjadi faktor positif yang meningkatkan produksi pertanian di NTB, yang tumbuh signifikan sebesar 30 persen. Hal ini secara langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di NTB juga menunjukkan optimisme yang tinggi. Meningkat dari 135 pada triwulan IV 2024 menjadi 137 pada triwulan I 2025. Nilai Tukar Petani (NTP) sektor hortikultura yang tinggi juga mengindikasikan pendapatan petani yang masih baik.
Menyikapi kondisi ini, Bank Indonesia memberikan beberapa rekomendasi untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi NTB. Prioritas utama adalah pengembangan sektor pertanian dengan membangun ekosistem dari hulu ke hilir. Meningkatkan produksi dan menerapkan teknologi yang tepat guna. Selain itu, sektor pariwisata, akomodasi, serta makanan dan minuman juga dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan strategi yang tepat, pertumbuhan ekonomi bisa terus didorong, pungkas Berry.
Sebagai informasi tambahan, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk miskin di NTB pada September 2024 sebesar 11,91 persen, menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan Maret 2024 (12,91 persen) dan Maret 2023 (13,85 persen). Jumlah penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebanyak 658,60 ribu orang. Penurunan angka kemiskinan terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan.(bul)