Giri Menang (Suara NTB) – Kangkung yang dihasilkan petani di Desa Dasan Tereng, Kecamatan Narmada, Lombok Barat (Lobar) meramhah pasar luar negeri. Sayangnya, kangkung ini diekspor ke sejumlah negara bukan oleh petani langsung, melainkan dilakukan oleh pengepul. Tiga varietas kangkung di desa ini telah memiliki hak paten atas nama desa setempat.
Petani kangkung setempat membutuhkan intervensi lebih maksimal dari pemerintah untuk memfasilitasi ekspor dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas produksi serta pangsa pasarnya.
Kepala Desa Dasan Tereng Purwanto mengatakan bahwa luas lahan pertanian di daerahnya mencapai 122 hektare. Petani yang menggarap ada lima kelompok tani (poktan) dengan masing-masing poktan 80 hingga 100 orang. Namun, petani banyak sebagai penyakap.
Selain petani menanam padi, hampir setengahnya adalah petani kangkung. “Sentra kangkung itu di Desa Dasan Tereng,”kata pria yang aktif di olahraga basket tersebut, ditemui akhir pekan kemarin.
Menurut Purwanto, ada tiga jenis varietas Kangkung yang dihasilkan petani di desanya yakni Aini, Si Nona dan Awet Muda. Tiga varietas kangkung ini pun telah dihakpatenkan atas nama desa setempat.
Diakuinya, desa itu hampir semua ditanami kangkung dan padi. Dulunya, desa itu belum mekar, menjadi desa terluas areal pertaniannya. Termasuk dulunya, lahan Lombok City Centre itu menjadi areal penanaman kangkung, namun semenjak dialihfungsikan membangun mal lahan itu pun tidak bisa digarap lagi. Dari hasil pertanian kangkung ini, petani bisa menghasilkan uang miliaran. Karena masa panen lama, hingga berbulan-bulan.
Kangkung yang dihasilkan petani dikirim ke dalam negeri hingga ke sejumlah negara, seperti Hong Kong, Arab Saudi. “Datang orang (pengepul) membeli ke petani, cuman tetap pakai nama hak paten kami,” jelasnya.
Kualitas kangkung yang dihasilkan petani pun sangat bagus sehingga dimintai pasar luar. Tantangan petani adalah hama. Ketika tanaman kangkung warga terkena hama wereng maka petani merugi, sehingga dalam penanamannya pun perlu perlakuan tertentu.
Areal penanaman tidak boleh masuk plastik, sehingga harus memiliki bak kontrol agar airnya tetap bersih. Selain itu, petani juga butuh intervensi dari sarana prasarana dan fasilitasi pasar. Ia berharap agar ada peran pemerintah sebagai bapak asuh, jangan sampai petani produksi banyak namun pasarnya terkendala.
“Sekarang ini (kangkung) sudah bagus, sudah Standar dan punya hak paten. Untuk itu kami berharap ada peran negara memfasilitasi petani, sehingga petani tidak khawatir. Dan kalau ekspor bisa mengangkat nama daerah tidak saja nama desa,”imbuhnya.
Untuk pengembangan ke depan ia berencana menggagas wisata terintergrasi dengan sektor pertanian. Dan hal ini rencana akan dikolaborasikan dengan desa lainnya. (her)