Mataram (Suara NTB) – Sejumlah kawasan di NTB, seperti Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Bima diterjang banjir meski daerah ini telah memasuki musim kemarau.
‘’Fenomenanya sudah kita ramalkan 10 hari lalu, bahwa seiring dengan pergantian musim hujan ke kemarau itu ada kejadian fenomena hujan lebat dan angin kencang, kondisinya seperti itu,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Ahmadi kepada Suara NTB, Jumat, 16 Mei 2025.
Yang paling terdampak banjir, ujar Ahmadi adalah Kabupaten Lombok Tengah yang menerjang hingga sembilan kecamatan dan berdampak pada 98 KK. Di antaranya yaitu 18 KK di Kampung Tiwu Bokah Kelurahan Praya, 2 KK di Kelurahan Renteng, 37 KK di Desa Darek, 16 KK di Kelurahan Leneng, 7 KK di Kampung Jawa Kelurahan Praya, 18 KK di Lingkungan Wakan Lauq (Leneng), dan beberapa kawasan lainnya.
“Terdampak itu Lombok Tengah hanya beberapa tempat, kemudian Bima,” katanya.
Di Kabupaten Bima, banjir menerjang sejumlah wilayah termasuk Desa Rabakodo, Kecamatan Woha. Air meluap dan menggenangi permukiman warga, jalan raya, serta lahan pertanian di Dusun Lavendo, Desa Rabakodo, dengan ketinggian air antara 20 hingga 60 cm.
Sebanyak 120 unit rumah, satu unit Polsek Woha beserta empat unit asrama anggota, rumah dinas Kapolsek, musholla Polsek, serta area pertanian ikut terdampak. Genangan air juga mengganggu aktivitas lalu lintas di wilayah tersebut.
Bencana ini berdampak pada 130 kepala keluarga, dengan 25 jiwa warga mengungsi ke rumah kerabat dalam satu RT, dan sembilan orang narapidana turut diungsikan ke Polres Bima. “Yang terendam rumah yang berada di bantaran sungai, itu yang terendam,” ucapnya.
Untuk antisipasi kejadian yang terus berulang, Pemprov NTB, ujar Ahmadi menunggu adanya kebijakan dari pemerintah pusat yang dalam hal ini Kementerian PU. “Karena yang namanya relokasi mahal juga biayanya. Apalagi juga lahannya dan sebagai macam,” terangnya.
Terkait proses evakuasi, Plt Kadis LHK ini mengatakan warga telah melakukan evakuasi mandiri, pun banjir telah surut kurang dari 12 jam. Sementara, terkait dengan potensi kerugian warga, Ahmadi mengaku masih melakukan pendataan lapangan, sehingga belum mengetahui pasti total kerugian dampak bencana banjir ini.
“Mereka kembali lagi ke rumahnya, sambil dibersihkan secara mandiri. Ataupun dia mengungsi paling di rumah keluarga terdekat,” pungkasnya. (era)