Selong (Suara NTB) – Unit SAR Lombok Timur (Lotim) menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki keterkaitan dan tidak terlibat dalam kegiatan open donasi dalam bentuk apapun. Penegasan ini disampaikan langsung melalui siaran pers resmi yang dirilis pada Jumat, 27 Juni 2025.
Ketua Umum Unit SAR Lombok Timur, H. Lukmanul Hakim, menjelaskan klarifikasi ini perlu disampaikan menyusul beredarnya informasi di berbagai platform media sosial yang mengaitkan Unit SAR Lotim dengan penggalangan dana publik, khususnya terkait operasi pencarian dan penyelamatan Warga Negara Asing (WNA) asal Brasil yang mengalami kecelakaan di kawasan Gunung Rinjani.
“Perlu kami tegaskan bahwa operasi tersebut merupakan operasi gabungan yang dikoordinir langsung oleh Basarnas. Unit SAR Lombok Timur tidak terlibat dalam kegiatan open donasi apapun dan tidak memiliki keterkaitan dengan lembaga, instansi, maupun perorangan tertentu dalam isu tersebut,” tegas H. Lukmanul Hakim dalam keterangan tertulisnya.
Ia juga menyampaikan Unit SAR Lombok Timur tidak pernah memanfaatkan peristiwa maupun kejadian darurat yang terjadi, termasuk insiden di Gunung Rinjani, untuk melakukan aktivitas yang tidak sesuai, seperti penggalangan dana yang tidak resmi.
Menurutnya, hal semacam itu justru berpotensi mencoreng citra kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Lombok Timur, bahkan merusak reputasi pariwisata nasional secara umum.
Dalam rilis tersebut, Unit SAR Lotim juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya, dan memastikan keaslian informasi sebelum mengambil tindakan, terutama dalam hal donasi.
“Setiap operasi penyelamatan yang kami lakukan adalah murni bentuk pelayanan kemanusiaan, tanpa pungutan biaya apapun. Kami ingin masyarakat tahu, bahwa penyelamatan adalah tugas kami dan bukan ladang untuk mencari keuntungan,” pungkasnya.
Dengan pernyataan ini, Unit SAR Lotim berharap masyarakat tetap tenang dan bijak dalam menerima informasi, serta terus mendukung tugas-tugas kemanusiaan dengan cara yang benar dan bertanggung jawab.
Proses evakuasi WNA Brasil Juliana Marins (27) yang jatuh di jurang Gunung Rinjani menyisakan cerita tersendiri bagi relawan dari Unit SAR Lombok Timur, Syamsul Padli. Padli terlibat proses pencarian dan evakuasi sejak jatuhnya korban pada Hari Sabtu 21 Juni 2025. Keberhasilan mengangkat jenazah korban diakui sebagai perjuangan bersama tim.
Padli menuturkan proses evakuasi korban tak semudah yang dibayangkan orang. Lebih lagi, ujarnya, Gunung Rinjani punya kultur tanah dan bebatuan Gunung Rinjani berbeda seperti di tempat lain. Karena banyak batuan lepas, pasir mudah longsor sehingga rentan dan bisa membahayakan.
Proses evakuasi, tutur Padli berlangsung Rabu pagi sekitar pukul 08.00 sampai 14.00 Wita. Ia bersama tiga rekannya dari Basarnas harus menginap bersama jasad korban di kedalaman 600 meter lebih.
Padli mengaku proses evakuasi tidak mudah karna medan ekstrim, cuaca berkabut dan hujan sehingga tim harus sangat hati – hati memilih pijakan aman saat turun menjangkau korban.
Padli mengaku terlibat melakukan proses pencarian dan penyelamatan sejak hari pertama. Bahkan ia sempat turun di kedalaman 400 meter, lokasi pertama korban ditemukan, tapi hasilnya nihil, korban sudah tidak berada di lokasi awal.
Sabtu malam itu, Padli mengaku pertama turun tapi ternyata korban tidak ditemukan sesuai lokasi yang dideteksi drone itu. Padli seraya mengatakan akhirnya ia kembali naik hingga korban kembali ditemukan di lokasi berbeda, kedalaman 600 meter.
Setelah lima hari proses pencarian, akhirnya korban berhasil dievakuasi dan kepala Basarnas langsung turun memantau dan menyiagakan berbagai peralatan termasuk tiga helikopter untuk proses evakuasi korban. (rus)