Mataram (Suara NTB) – Masyarakat di Kecamatan Sandubaya perlu menyiapkan skenario penanggulangan bencana. Hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, bahwa Sandubaya menjadi kawasan rawan diterjang banjir.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Ahmad Muzaki menyampaikan, rapat dengar pendapat bersama DPRD Kota Mataram, telah disampaikan hasil pemetaan yang dilakukan terkait potensi kebencanaan di Mataram. Kawasan Sandubaya menjadi ancaman atau rawan diterjang banjir, karena kontur wilayahnya yang rendah.
Selama ini, wilayah Lingkar Selatan, Kecamatan Sekarbela dipandang daerah rawan karena diapit oleh Sungai Unus dan Sungai Ancar. “Kita sampaikan itu justru teman-teman dewan kaget. Mereka beranggapan yang paling rawan itu di kawasan Selatan seperti di Sekarbela,” terangnya.
Skenario penanganan kebencanaan di wilayah Selagalas dan sekitarnya, perlu dirancang dari sekarang. Salah satu metodenya adalah mengusulkan pemasangan alat peringatan dini (early warning system) di pintu air.
Muzaki mengatakan, alat ini akan memberikan signal berupa alarm bilamana ketinggian air melebihi batas maksimal. Hal ini telah disampaikan ke Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara I dan diharapkan segera terealisasi. “Misalnya, batas ketinggian air 80-100 centimeter. Kalau melebihi itu alarmnya langsung bunyi sebagai tanda peringatan,” ujarnya.
Peringatan dini ini dinilai tidak cukup. Jack sapaan akrabnya, meminta organisasi perangkat daerah teknis juga menyiapkan infrastruktur. Kondisi ini dinilai mendesak agar tidak terulang kembali banjir bandang melanda kawasan Sandubaya.
Ia menambahkan, rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan puncak musim hujan akan lebih maju dibandingkan tahun sebelumnya. Aparatur pemerintahan mulai dari tingkat lingkungan sampai kelurahan segera melakukan pembersihan sedimen, sampah, dan lain sebagainya. “Skenario antisipasi bencana harus sudah mulai dilakukan sejak sekarang,” pungkasnya.
Selain itu, kelurahan dan kecamatan diminta tidak terlena dengan peristiwa banjir sebelumnya. Artinya, hambatan dan kendala penanganan harus dicarikan solusi. Selama ini, permasalahan klasik menjadi alasan seperti tumpukan sedimen, sampah, dan segala macam. Pencegahan tidak hanya mengandalkan OPD teknis tetapi perangkat di bawah, terutama mendorong kesadaran masyarakat. (cem)

