spot_img
Selasa, Mei 13, 2025
spot_img
BerandaEKONOMILoker Terbatas, Picu Pengangguran Terdidik Terus Bertambah

Loker Terbatas, Picu Pengangguran Terdidik Terus Bertambah

MENCARI kerja belakangan ini tampaknya semakin sulit. Lowongan pekerjaan (Loker) semakin terbatas dan sulit dicari di sektor-sektor tertentu. Sekalinya ada, syarat kerja yang mesti dipenuhi tidak masuk akal. Tidak hanya itu, di sejumlah grup WhatsApp (WA) beredar informasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari sejumlah grup korporasi nasional dan dimiliki oleh orang yang masuk dalam 50 orang terkaya di Indonesia.

Ansori, lulusan Fakultas Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Mandalika (Undikma) Mataram yang diwisuda tahun 2024 lalu membaca sebuah lowongan pekerjaan di salah satu media sosial (medsos) perusahaan yang bergerak pada sektor teknologi komputer di Mataram.

Ansori kemudian mencoba untuk mendaftar dan mengirim persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi salah satu tenaga desain grafis lewat nomor WA yang tertera di medsos perusahaan tersebut. Tidak menunggu lama. Pagi atau siang mengirim lamaran tiba-tiba pukul 22.00 Wita menerima sebuah notifikasi di WA-nya untuk langsung mengikuti tes malam itu juga.

Dikirimi beberapa hasil desain grafis terkait produk laptop, komputer portabel hingga alat permainan game harus diubah malam itu juga. Besoknya, jam 10.00 Wita hasil materi seleksi dengan mengubah warna hingga materi desain grafis harus sudah dikirim ke penguji.

‘’Dikirimi jam 10 malam. Terus langsung saya kerjakan di laptop yang sudah ada aplikasi untuk desain grafis. Jam 3 pagi saya tidur,’’ ungkapnya pada Ekbis NTB belum lama ini.

Sebagai orang yang bekerja sambil kuliah di salah satu perusahaan advertising, Ansori mengakui, jika sekarang ini, perusahaan tempatnya bekerja minim orderan. Ansori dari Lombok Tengah menuju kantor yang berada di Desa Rumak, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat hanya habis untuk membeli bahan bakar sepeda motor.

Dari informasi pimpinannya yang berada di Yogyakarta, jika sebelumnya banyak menerima pesanan pembuatan aplikasi website dari salah satu kementerian, kini sudah minim, bahkan sudah dialihkan untuk program lain.

‘’Katanya ada anggaran Rp750 juta selama setahun. Tapi saya tidak tahu tiba-tiba oleh pimpinan cabang dialihkan ke kegiatan lain. Ini yang membuat, perusahaan tidak bisa menggaji kami. Jika sebelumnya, dikasih Rp2 juta, sekarang dikasih Cuma Rp750 ribu sebulan. Itu dibagi berdua sama teman,’’ keluhnya.

Meski demikian, ungkapnya, dia  hingga sekarang ini belum dipanggil untuk bekerja. ‘’Siapa tahu sudah ada yang lulus dan diterima,’’ tambahnya.

Ansori tidak putus asa. Tidak diterima bekerja di perusahaan yang berbasis di Cakranegara. Dirinya kemudian mencoba melamar sebagai desain grafis pada perusahaan yang menjual alat-alat kosmetik di Selagalas. Atas usahanya, ia kemudian sudah diterima bekerja dan sedang masa uji coba. Ansori berharap uji coba di perusahaan ini bisa memberikan pendapatan lebih baik dibandingkan dengan tempat sebelumnya.

Namun, ia juga sudah mempersiapkan diri bisa mandiri dengan mendirikan usaha sendiri. Paling tidak dengan kemampuan mendesain di komputer, bisa dipergunakan nanti membuat usaha stempel, termasuk usaha jasa konveksi, khususnya sablon.

Hal senada dialami Nada, lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram juga berusaha mencari pekerjaan setelah tamat kuliah. Namun, minimnya lapangan pekerjaan dan tidak ada rekrutmen tenaga honorer baru di instansi pemerintah, khususnya sekolah membuatnya rela bekerja apa saja.

Pamannya yang memiliki biro perjalanan haji dan umrah dijadikan sebagai tempat bekerja sementara sambil menunggu pembukaan CPNS. Meski sekarang menjadi tenaga honorer di salah satu SMP, namanya tidak masuk dalam database, karena belum dua tahun sebagai honorer.

Nada menjadi bingung kemana harus mencari pekerjaan. Karena setiap tahun lulusan terbaru perguruan tinggi dan SMK terus bertambah. Dalam hal ini, ia ingin mempraktikkan ilmu yang diperoleh saat kuliah bisa bermanfaat. Termasuk mendapatkan penghasilan yang layak dari pekerjaan yang ditekuninya. Namun, jika peluang kerja dan lowongan sangat sedikit bagi lulusan pendidikan, kecuali di sekolah, maka pengangguran terdidik akan semakin banyak.  (ham)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO